REPUBLIKA.CO.ID, Hidup Siringul Musazey sudah morat-marit. Dia dan tujuh anaknya harus hidup dalam keterbatasan di sebuah tenda di wilayah Shahr Sabz, Herat, Afghanistan. Suaminya mencampakkannya. Celakanya, dia meninggalkan utang sekitar 1.500 dolar AS.
Musazey, yang keadaannya sudah compang-camping, harus bisa melunasi utang suaminya. Sebab jika tidak, putrinya yang berusia 5 tahun bisa diambil pria peminjam uang sebagai bentuk pembayaran.
Musazey mengungkapkan, suaminya adalah seorang pecandu narkoba. Lelaki itu meninggalkannya begitu saja delapan bulan lalu. "Kami harus membayar utang kami. Baik dengan membayar uang atau dengan memberikan anak kami. Kami sekeluarga kelaparan," kata Musazey saat diwawancara Anadolu Agency, Rabu (12/1).
Musazey mengaku tak punya sanak saudara yang bisa membantunya. "Semua orang miskin. Tidak ada yang membantu kami. Saya akan menjual putri saya atau memberikannya sebagai imbalan atas utang saya," ucapnya.
Peminjam uang kepada suami Musazey adalah Khan Hazret. Saat meminjamkan uangnya tempo hari, Hazret mengaku kondisi keuangannya cukup baik. Tapi bersamaan dengan krisis ekonomi yang terus memburuk di Afghanistan, kini dia pun miskin dan tak dapat mencari nafkah.
Oleh sebab itu Hazret menagih utangnya. Jika tak bisa melunasi, dia ingin putri Musazey, yakni Saliha, dinikahkan dengan putranya yang berusia 12 tahun. Bila itu terjadi, utang suami Musazey bakal dianggap lunas.