REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Pembunuhan di Meksiko mengalami penurunan sedikit pada 2021, dengan turun 3,6 persen dari tahun sebelumnya. Namun, menurut data awal pemerintah yang dirilis pada Kamis (20/1/2022), pembunuhan terhadap perempuan justru mengalami peningkatan.
Penurunan pembunuhan adalah kemenangan bagi Presiden Andres Manuel Lopez Obrador yang menjabat pada akhir 2018. Dia berjanji untuk menurunkan rekor tingkat kekerasan yang melanda negara itu.
Menurut angka yang disajikan oleh Menteri Keamanan Meksiko Rosa Icela Rodriguez, penurunan pembunuhan tahun lalu menjadi 33.308 adalah total terendah di bawah Lopez Obrador, tepat di bawah 33.739 yang dicatat pada 2018.
Hanya saja, femisida atau pembunuhan perempuan akibat kekerasan berbasis gender, meningkat 2,7 persen pada 2021 dari tahun sebelumnya menjadi 1.004 jiwa. Jumlah korban lebih dari dua kali lipat jumlah yang terdaftar pada 2015, ketika ada 427 kasus pembunuhan.
Lopez Obrador telah menghadapi kritik atas penanganannya terhadap kekerasan terhadap perempuan. Dia telah sering menanggapi dengan mengambil gambar gerakan feminis di Meksiko.
Pembunuhan mencapai rekor 34.690 pada 2019, tahun penuh pertama Lopez Obrador menjabat. Pembunuhan terus meningkat hingga awal 2020 ketika Meksiko memberlakukan pembatasan terkait virus korona, meskipun beberapa prediksi bahwa perintah tinggal di rumah akan mengurangi kejahatan. Jumlahnya sedikit meningkat, dan pada penutup 2020, pembunuhan turun 0,4 persen dari 2019, menjadi 34.554.
Lopez Obrador berpendapat bahwa kekerasan adalah produk dari ketidaksetaraan dan korupsi bersejarah. Namun, para kritikus mengatakan strategi pelukan bukan peluru atau sebuah dorongan untuk mengurangi konfrontasi langsung dengan geng kriminal ini telah memperburuk impunitas yang meluas.