Sementara itu Journal of American Medical Association menerbitkan studi ketiga, yang juga dipimpin oleh para peneliti CDC. Studi itu meneliti orang-orang yang dites positif Covid-19 dari 10 Desember hingga 1 Januari di lebih dari 4.600 situs pengujian di seluruh AS.
Tiga suntikan vaksin Pfizer dan Moderna sekitar 67 persen efektif melawan penyakit simtomatik terkait omicron dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi. Kendati demikian dua dosis tidak memberikan perlindungan yang signifikan terhadap omicron ketika diukur beberapa bulan setelah menyelesaikan seri aslinya.
"Jika Anda memenuhi syarat untuk mendapatkan booster dan Anda belum mendapatkannya, Anda tidak up-to-date dan Anda perlu mendapatkan booster Anda," kata Direktur CDC Dr Rochelle Walensky saat briefing Gedung Putih pada Jumat pekan ini.
Penelitian tersebut merupakan studi besar pertama di AS yang membuktikan perlindungan vaksin terhadap omikron. Studi ini juga turut menggemakan penelitian sebelumnya, termasuk penelitian di Jerman, Afrika Selatan, dan Inggris yang menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia kurang efektif melawan omicron daripada versi virus corona sebelumnya, tetapi juga bahwa dosis booster meningkatkan antibodi penangkal virus untuk meningkatkan kemungkinan menghindari infeksi simtomatik.
Pekan lalu, Pusat Medis Sheba Israel mengungkapkan, bahkan dosis keempat vaksin Covid-19 masih tidak cukup untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2 varian omicron. Padahal, pemberian dosis penguat (booster) kedua telah meningkatkan antibodi ke tingkat yang lebih tinggi.
Pihak Pusat Medis Sheba Israel telah memberikan suntikan vaksin booster kedua dalam uji coba pada stafnya. Mereka memakai vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna.