REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Juru bicara Uni Eropa mengatakan Komisi Eropa melanjutkan kerja dalam menyiapkan langkah tegas bila Rusia melanjutkan ancamannya pada Ukraina. Sebelumnya Uni Eropa menawarkan bantuan senilai 1,2 miliar euro pada Ukraina.
"Kerja untuk menempatkan pencegahan yang kuat telah dilanjutkan dengan sangat baik dan juga langkah yang disiapkan bila dialog tidak berhasil terus didorong," kata juru bicara Uni Eropa, Selasa (25/1/2022).
"Bila di masa depan Rusia melanggar kedaulatan integritas wilayah Ukraina, kami akan meresponnya dengan sangat keras dan terdapat konsekuensi politik keras dan kerugian ekonomi besar diberikan pada agresor," tambahnya.
Ketua Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan, paket bantuan keuangan kepada Ukraina senilai 1,2 miliar euro terdiri dari pinjaman darurat dan hibah. Paket tersebut untuk mengurani dampak konflik dengan Rusia
"Komisi mengusulkan paket bantuan keuangan makro darurat baru sebesar 1,2 miliar euro," kata von der Leyen.
Von der Leyen mengatakan, paket bantuan keuangan Uni Eropa bertujuan untuk membantu kebutuhan Ukraina dalam mengatasi eskalasi cepat di tengah konflik dengan Rusia. Von der Leyen mengandalkan Dewan Eropa, kelompok pemerintah Uni Eropa, dan anggota parlemen Uni Eropa menyetujui dukungan darurat untuk mencairkan bantuan keuangan tahap pertama sebesar 600 juta euro.
Von der Leyen meminta mitra internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengikuti pendekatan yang sama, dan memperbarui keterlibatan mereka dengan Ukraina. Komisi Eropa telah menggandakan bantuan bilateral dalam bentuk hibah ke Kiev tahun ini. Eropa memberikan dana tambahan sebesar 120 juta euro dari total rencana bantuan 160 juta euro yang sudah direncanakan.
Menurut von der Leyen, sejak 2014 Uni Eropa dan lembaga keuangan Eropa telah mengalokasikan lebih dari 17 miliar euro dalam bentuk hibah dan pinjaman ke negara Ukraina. Rusia mencaplok Semenanjung Krimea yang merupakan wilayah Ukraina pada 2014. Tindakan ini tidak pernah mendapat pengakuan internasional dan ilegal menurut hukum internasional. Rusia diperkirakan telah mengerahkan sekitar 100 ribu tentara ke perbatasan Ukraina.