REPUBLIKA.CO.ID, Suasana di Zolote, sebuah kota di Ukraina yang berbatasan dengan Rusia, diselimuti ketegangan dan kewaspadaan. Setiap hari, warga di sana berusaha memperoleh sinyal ponsel untuk mendengar perkembangan kabar dari Kiev yang berjarak 478 kilometer. Mereka harus siap jika sewaktu-waktu tersiar laporan bahwa Rusia melancarkan serangan.
Di Zolote 4, parit-parit telah dibangun. Selama bertahun-tahun, para prajurit Ukraina di sana sudah terlibat pertempuran dengan kelompok separatis pro-Rusia. Mereka hanya terpisah beberapa ratus meter dari pos pemeriksaan.
Nama Zolote 1 hingga 5 tercetus beberapa dekade lalu pada era Uni Soviet. Angka melambangkan unit operasi penambangan batu bara lokal. Saat ini, Ukraina menguasai Zolote 1 sampai 4. Sementara Zolote 5, yang jaraknya kurang dari satu kilomter, berada di seberang pos pemeriksaan.
Para prajurit Ukraina di Zolote 4 meyakini terdapat penembak jitu di seberang pos pemeriksaan. Kendati demikian, mereka memang belum pernah secara langsung melihat orang bersenjata. Situasi di sana bisa berubah drastis dalam sekejap.
Oleh Surhov, seorang tentara Ukraina di Zolote 4 mengungkapkan, ketenangan bisa berlangsung beberapa hari. Namun, kelompok separatis pro-Rusia bisa tiba-tiba melepaskan tembakan dan meluncurkan granat.
"Satu mortir terbang dan jatuh di ladang belakang kami. Dua tembakan lagi antara kami dan posisi berikutnya. Dalam 15 menit, semuanya kembali tenang. Mengapa? Untuk apa? Tak ada yang tahu. Dan begitulah di sekitar sini," kata Surhov, Rabu (26/1/2022).
Ketegangan pun terasa di Katerynivka, sebuah desa terdekat dari Zolote. Parit-parit yang lebih baru untuk tempat berlindung prajurit telah dibangun di sana. "Kami bercanda bahwa harapan adalah hal terakhir yang mati. Kami semua sedang menunggu perdamaian. Baik anak-anak maupun cucu-cucu kami tidak dapat mengunjungi kami," kata Liubov, seorang warga di Katerynivka.
Liubov mengungkapkan, selama ini dia hanya melakukan percakapan via telepon dengan anak-anak dan cucunya. "Itu sudah cukup. Mari kita tunggu sampai kedamaian datang," ucapnya.
Di Vesele, daerah separatis di wilayah Donetsk timur, tak banyak yang berubah sejak pertempuran tahun 2014. Plang-plang peringatan tentang ladang ranjau masih terpasang. Bangunan-bangunan terbengkalai menambah nuansa ketegangan di sana.
"Praktis tidak ada orang di sini, karena semuanya rusak. Ada penerangan, gas, pasokan air, tapi tidak ada kehidupan," kata Vladimir, seorang warga yang tinggal di Vesele.
Dia mengatakan, pasukan Ukraina berada sekitar satu kilometer dari tempat tersebut. Vladimir menginginkan mereka hengkang supaya warga di sana bisa menentukan nasib mereka sendiri. "Saya pikir tidak ada yang ingin (menjadi bagian dari) Ukraina di sini," ucapnya.
Ketegangan di perbatasan Ukraina-Rusia kembali meningkat sejak Rusia dilaporkan mengerahkan lebih dari 100 ribu pasukannya ke zona terdepan. Moskow juga menempatkan ribuan tentaranya di perbatasan Ukraina di utara dengan Belarus. Amerika Serikat (AS) dan NATO telah menuding Rusia memiliki intensi untuk melancarkan agresi ke Kiev.