REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- LSM Save the Children menyebutkan, bahwa kasus pneumonia tengah melonjak di Afghanistan. Menurut organisasi kemanusiaan terkemuka untuk anak-anak itu, pneumonia telah menewaskan anak-anak yang tidak dapat mengakses fasilitas kesehatan.
"Pneumonia anak melonjak di tengah krisis kelaparan yang merusak sistem kekebalan tubuh muda," katanya dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (1/2/2022).
Mereka menyatakan, bahwa runtuhnya sistem kesehatan, yang sebagian besar didorong oleh aset keuangan yang dibekukan dan bantuan yang ditarik, menimbulkan kerugian yang mematikan bagi anak-anak Afghanistan.
Seorang dokter di sebuah rumah sakit mengatakan kepada organisasi nirlaba itu, bahwa dia belum pernah melihat begitu banyak kasus pneumonia anak dan malnutrisi parah. Menurut profesional medis, 135 anak telah meninggal dalam atau dalam perjalanan ke rumah sakit Desember lalu.
"Kejatuhan ekonomi Afganistan mengancam untuk meninggalkan lebih dari 95 persen populasi hidup dalam kemiskinan," kata pernyataan itu, menambahkan bahwa biaya adalah "penghalang tunggal terbesar" untuk perawatan kesehatan.
“Klinik di seluruh negeri telah terpaksa ditutup karena upah bagi petugas kesehatan telah mengering,” katanya.
“Layanan kesehatan yang runtuh adalah salah satu dampak langsung dari pembekuan aset global dan penangguhan bantuan pembangunan, yang keduanya mencekik ekonomi dan sistem perawatan kesehatan,” tambah dokter itu.
Badan bantuan itu meminta masyarakat internasional untuk membuka kunci pendanaan penting. Setelah pengambilalihan Taliban, akses Afghanistan ke dana internasional terputus.
Turki telah berjanji untuk mengirimkan banyak bantuan kemanusiaan ke Afghanistan ketika Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan "kereta amal" untuk membantu orang-orang Afghanistan yang sangat membutuhkan.