Kamis 03 Feb 2022 10:31 WIB

Gejolak Keuangan Klub Top Eropa, Besar Pasak daripada Tiang

Klub-klub top Eropa mengalami kerugian gabungan setara 4 miliar euro (Rp 65 triliun)

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Para pemain Barcelona (ilustrasi). Barcelona merupakan saah satu klub top Eropa yang terdampak keuangannya akibat Covid-19.
Foto: AP/Alvaro Barrientos
Para pemain Barcelona (ilustrasi). Barcelona merupakan saah satu klub top Eropa yang terdampak keuangannya akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Klub sepak bola Eropa tengah dilanda permasalahan pelik. Sebab, kenaikan gaji pemain sepak bola seluruh Eropa pada 2021 tak berbanding lurus dengan pendapatan klub yang diklaim terus menurun oleh Federasi Sepak Bola Eropa (UFEA).

Menurut laporan tersebut, klub-klub top Eropa mengalami kerugian gabungan setara 4 miliar euro (Rp 65 triliun) pada musim 2020/2021 akibat dilanda Covid-19, sementara upah naik rata-rata 2 persen.

Baca Juga

Secara total biaya upah dan biaya agen, menyumbang pengeluaran yang setara dengan 91 persen dari pendapatan. Hal ini menyebabkan peningkatan pinjaman luar, dengan klub mengambil lebih dari 750 juta euro utang baru.

Andrea Traverso, direktur kesinambungan keuangan dan penelitian untuk UEFA, mengatakan laporan itu dengan jelas menunjukkan perlunya perubahan. "Hanya ada dua hal yang dapat melindungi sepak bola dan mempersiapkannya untuk kejutan di masa depan, kata Traverso dilansir dari the Guardian, Kamis (3/2/2022).

Argumentasi Traverso merujuk pada laporan benchmarking lisensi klub UEFA yang merupakan studi otoritatif dari 724 klub yang bersaing di 54 divisi teratas negara-negara anggotanya. Hal ini melukiskan gambaran betapa olahraga sepak bola yang diterpa badai Covid-19 terbelah oleh ketidaksetaraan struktural, yang menunjukkan angka-angka serta seruan untuk reformasi keuangan dalam industri ini.

"Pertama adalah langkah yang berarti menuju pengendalian biaya yang lebih baik, khususnya dalam kaitannya dengan upah dan transfer, serta penekanan yang lebih besar pada investasi jangka panjang dalam infrastruktur dan pengembangan pemain muda," jelas Traverso.

Sedangkan poin kedua menurut Traverso adalah bagaimana cara klub membangun kembali penyangga ekuitas.

"Cadangan uang tunai yang ditopang selama dekade terakhir telah menjadi garis pertahanan pertama yang penting terhadap kekurangan pendapatan," sambung dia.

Mayoritas kerugian yang diperoleh klub berasal dari efek bermain tanpa kehadiran penonton, dengan pendapatan dari penjualan tiket merosot drastis 88 persen pada 2020/2021.

Di sisi lain klub juga terkena penurunan pendapatan transfer, dengan uang yang dihasilkan oleh penjualan turun 40 persen. Kedua faktor ini, menurut Traverso, membantu menaikkan upah karena klub mengikat pemain dengan kontrak yang diperpanjang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement