REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah bertanya kepada Jepang apakah mereka bisa mengalihkan sebagian pasokan gas alam cair miliknya ke Eropa. Washington khawatir, krisis Ukraina dapat mengganggu suplai ke benua biru.
Empat sumber di pemerintahan Jepang mengonfirmasi tentang permintaan AS tersebut. Mereka mengungkapkan, pertanyaan soal pasokan gas alam cair itu diajukan awal pekan ini. “Kami ingin mempertimbangkan bagaimana kami dapat berkontribusi pada komunitas internasional,” ujar salah satu sumber, Jumat (4/2/2022).
Namun karena saat ini Jepang menghadapi musim dingin yang cukup ekstrem, mereka hendak mengamankan pasokan domestik terlebih dulu. “Kami akan melihat apakah ada yang bisa dilakukan setelah memastikan bahwa kehidupan masyarakat tidak terdampak (pengalihan pasokan),” kata salah seorang sumber.
Menteri Perindustrian Jepang Koichi Hagiuda sebelumnya menolak mengonfirmasi laporan tentang permintaan AS perihal pengalihan sebagian pasokan gas alam cair. Namun dia menekankan, pemenuhan kebutuhan domestik tetap menjadi prioritas.
CEO JERA Global Markets, Kazunori Kasai, mengatakan, tidak mudah bagi Jepang untuk mengalihkan sebagian impornya ke Eropa. “Itu tidak akan mudah, meskipun bukan tidak mungkin. Secara umum, itu tidak mudah karena utilitas Jepang memiliki sedikit pasokan cadangan selama musim dingin,” ujarnya.
Jepang merupakan importir utama gas alam cair. Negeri Matahari Terbit mengimpor 74,32 juta ton gas alam cair pada 2021. China menjadi pembeli terbesar mereka.
Saat ini ketegangan masih membekap perbatasan Ukraina-Rusia. Amerika Serikat (AS) dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan Moskow memiliki rencana untuk menyerang negara tetangganya tersebut. Tuduhan itu telah dibantah Kremlin. AS dan NATO sudah menegaskan dukungannya terhadap Kiev.
AS telah mengumumkan akan mengerahkan 3.000 tentaranya ke Eropa Timur. Menurut Rusia, langkah Washington tersebut tidak ditujukan untuk meredakan ketegangan, tapi sebaliknya.