REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Amerika Serikat baru saja mengeluarkan studi yang menunjukan bahwa booster vaksin tidak terlalu urgent dilakukan untuk menangkis virus covid-19 varian Omicron.
Dilansir dari Reuters, studi ini dilakukan kepada monyet yang mendapatkan vaksin dua dosis jenis moderna dan sembilan bulan kemudian diberikan suntikan ketiga dengan jenis vaksin yang sama.
Dari penelitian tersebut menunjukan respon imun monyet uji coba tersebut mampu meningkatkan respon antibodi. Peneliti Vaksi di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Daniel Douek menjelaskan dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dua dosis moderna sudah cukup untuk menangkal bahaya Omicron.
"Penelitian menunjukan bahwa reaksi dua dosis moderna mampu meningkatkan antibodi," ujar Douek.
Sebelumnya, Pfizer-BioNTech, Moderna, dan Johnson & Johnson mengungkapkan bahwa mereka sedang mengembangkan vaksin Covid-19 terbaru yang akan menarget varian omicron. Bila berjalan lancar, sebagian vaksin sudah bisa tersedia pada Maret 2022.
Pfizer mengungkapkan bahwa mereka akan melakukan studi pada manusia mengenai vaksin yang spesifik untuk omicron pada Januari. Bila semua sesuai rencana, vaksin ini akan siap digunakan pada Maret.
CEO Moderna Stephane Bancel juga mengungkapkan bahwa vaksin Covid-19 baru mereka untuk varian omicron akan segera memasuki tahap uji klinis. Selain itu, Bancel mengungkapkan bahwa perusahaannya telah berdiskusi dengan berbagai pejabat di banyak negara mengenai strategi terbaik untuk mendistribusikan booster tersebut.
"Kami meyakini itu akan mengandung mRNA omicron," kata Bancel, seperti dilansir NBC News.
Di sisi lain, Juru Bicara Johsnon & Johnson Jake Sargent mengungkapkan bahwa perusahaannya tak memiliki perbaruan terhadap vaksin mereka. Akan tetapi, per November 2021, perusahaan Johnson & Johnson sempat mengutarakan bahwa mereka sedang berupaya membuat vaksin spesifik untuk omicron.