Senin 07 Feb 2022 10:44 WIB

Paus Fransiskus: Buang Plastik di Saluran Air adalah Tindak Kriminal

Paus Fransiskus menjadikan isu pelestarian lingkungan sebagai landasan kepausannya.

Rep: ANTARA/ Red: Fuji Pratiwi
Paus Fransiskus berbicara saat bertemu dengan para siswa di markas Scholas Occurrentes di Roma, Kamis, 25 November 2021. Dalam sebuah wawancara televisi, Paus Fransiskus mengatakan, membuang plastik ke saluran air merupakan tindak kriminal.
Foto: AP/Gregorio Borgia
Paus Fransiskus berbicara saat bertemu dengan para siswa di markas Scholas Occurrentes di Roma, Kamis, 25 November 2021. Dalam sebuah wawancara televisi, Paus Fransiskus mengatakan, membuang plastik ke saluran air merupakan tindak kriminal.

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY -- Membuang plastik di saluran air adalah tindak "kriminal" dan harus diakhiri jika umat manusia ingin menyelamatkan planet ini untuk generasi mendatang, kata Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara televisi pada Ahad (6/2/2012).

"Membuang plastik ke laut adalah tindak kriminal. Itu membunuh keanekaragaman hayati, membunuh bumi, membunuh segalanya," kata Paus Fransiskus, dikutip Reuters.

Baca Juga

Dalam wawancara selama satu jam dengan stasiun televisi RAI's Channel 3, Paus Fransiskus juga kembali menyampaikan beberapa hal yang menjadi tema utama kepausannya. Yakni, mengutuk pengeluaran berlebihan untuk persenjataan, membela hak-hak migran, dan mengecam kekakuan ideologis oleh kaum konservatif di gereja.

Paus Fransiskus telah menjadikan isu pelestarian lingkungan sebagai landasan kepausannya. Ia menceritakan bagaimana para nelayan Italia datang kepadanya dalam satu tahun dan mengatakan kepadanya bahwa mereka telah menemukan berton-ton sampah plastik di Laut Adriatik.

Kali berikutnya dia bertemu dengan para nelayan itu, mereka mengatakan bahwa mereka telah menemukan dua kali lebih banyak sampah plastik dan mengambilnya sendiri untuk membantu membersihkan laut. "Menjaga alam ciptaan Tuhan adalah (proses) pendidikan di mana kita harus terlibat," kata Paus Fransiskus.

Ia mengutip sebuah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Brazil Roberto Carlos di mana seorang anak bertanya kepada ayahnya mengapa "sungai tidak lagi bernyanyi" dan sang ayah menjawab bahwa "kita membunuh laut".

Menanggapi pertanyaan tentang perang, Paus Fransiskus berkata, "Pikirkan tentang hal ini. Jika kita berhenti membuat senjata selama satu tahun, kita dapat memberi makan dan mendidik seluruh dunia. Kita telah terbiasa dengan perang. Ini hal sulit tetapi itulah kenyataannya."

Paus Fransiskus tidak merinci sumber statistik yang dia kutip. Namun, sejak dulu dia telah menyerukan larangan total senjata nuklir, dengan mengatakan bahkan kepemilikan senjata nuklir untuk langkah pencegahan saja adalah perilaku yang tidak bermoral. Dia juga telah menyerukan agar pengeluaran untuk persenjataan dialihkan untuk membantu orang-orang yang paling membutuhkan dan untuk penelitian guna mencegah pandemi di masa depan.

Pada kesempatan itu, Fransiskus pun kembali meminta Uni Eropa untuk berbagi mengurus para migran dari Afrika Utara, yang mencapai Italia dan Spanyol, ke semua negara Uni Eropa agar tidak menimbulkan ketegangan sosial yang berlebihan di beberapa negara. Wawancara dengan pembawa acara program populer "Che Tempo Che Fa" (Seperti Apa Cuacanya?) dilakukan melalui tautan satelit dari studio RAI di Milan dengan Paus Fransiskus berdoa di tempat tinggalnya di kediaman Santa Marta di Vatikan.

Paus Fransiskus menolak tinggal di apartemen kepausan yang luas tapi terisolasi di Istana Apostolik Vatikan yang digunakan oleh para pendahulunya. Dia memilih tinggal di tempat lebih sederhana di Santa Marta, di mana dia biasanya makan di area umum dan naik lift sendiri.

Paus Fransiskus mengatakan, dia telah memilih untuk tinggal di Santa Marta karena dia "bukan orang suci" seperti para pendahulunya dan perlu berada di sekitar orang-orang sebanyak mungkin. Dia juga berkata bahwa dia hanya punya "sedikit teman tetapi teman sejati".

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement