REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin membuka kemungkinan untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Saat ini ketegangan tengah berlangsung di perbatasan kedua negara tersebut.
“Mengenai pertemuan (Putin) dengan Zelensky, tidak ada yang menolak ide ini secara apriori,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Selasa (8/2/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Peskov mengungkapkan, jika pertemuan Putin dan Zelensky dapat membantu meredakan ketegangan, Moskow siap melakukannya. "Pertama, kita perlu melihat mengapa [presiden Rusia dan Ukraina] perlu bertemu, hal-hal apa yang diharapkan akan dibahas dan hasil apa yang ingin mereka capai. Sejauh ini, tidak ada pemahaman seperti itu,” ucapnya.
Sebelumnya Zelensky telah menyerukan Rusia mengambil langkah konkret untuk meredakan ketegangan yang melibatkan kedua negara. Dia pun menyatakan kesiapannya terlibat dalam dialog.
Zelensky mengatakan, jika Rusia memiliki masalah dengan Ukraina, pertemuan dan dialog diperlukan untuk membahasnya. Bukan dengan sepihak memboyong pasukan ke perbatasan dan melakukan intimidasi terhadap warga sipil. “Saya bersedia bertemu dan saya tidak takut format apa pun. Format bilateral… saya siap untuk format apa pun,” ujarnya pada 29 Januari lalu.
Zelensky menekankan, sebagai pemimpin Ukraina, adalah tugasnya untuk mengetuk semua pintu, mengimbau semua pemimpin dunia, dan mengusulkan format serta platform yang berbeda guna “mengembalikan perdamaian" ke negaranya. Dalam hal ini, dia ingin Amerika Serikat (AS) terlibat dalam negosiasi untuk meredakan ketegangan.
“Saya ingin Presiden (Joe) Biden dapat melakukan itu sehingga kami memiliki platform negosiasi dalam format AS-Ukraina-Rusia,” kata Zelensky, seraya menambahkan bahwa itu dapat berlangsung secara paralel dengan proses negosiasi Normandia.
Ketegangan di perbatasan Ukraina-Rusia kembali meningkat sejak Rusia dilaporkan mengerahkan lebih dari 100 ribu pasukannya ke zona terdepan. Moskow juga menempatkan ribuan tentaranya di perbatasan Ukraina di utara dengan Belarus. AS dan NATO telah menuding Rusia memiliki intensi untuk melancarkan agresi ke Kiev.
Namun Rusia membantah tudingan tersebut. Moskow mengklaim pengerahan pasukan itu hanya untuk keperluan latihan militer rutin. Kendati demikian, AS dan NATO telah menyatakan dukungannya kepada Ukraina. Mereka pun sudah mengancam akan menjatuhkan sanksi jika Rusia melancarkan serangan.