REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Amerika Serikat yang bertanding di Olimpiade Musim Dingin Beijing kini lebih memperhatikan aspek kesehatan mental atlet untuk menjalani masa protokol kesehatan ketat selama bertanding. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman dari Olimpiade Tokyo tahun lalu.
Menurut salah satu pejabat pengurus tim Amerika, atmosfer kompetisi di masa pandemi memiliki tingkat tekanan dan rasa kekhawatiran yang lebih besar, sehingga kesehatan mental menjadi tolak ukur keberhasilan kontingen.
Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika (USOPC) melakukan pemeriksaan kesehatan mental seputar kecemasan dan depresi tahun lalu untuk mengetahui posisi para atlet sebelum Olimpiade Beijing. Mereka pun membawa banyak sumber daya kesehatan mental ke Beijing.
"Salah satu umpan balik yang kami dapatkan setelah Tokyo adalah atlet merasa tidak terjangkau. Jadi kami mencoba untuk memperjelas bahwa kami tidak hanya ada saat kondisi krisis. Kami ada di sana (Beijing) untuk pencegahan dan pemeliharaan kesehatan mental," kata Direktur Layanan Kesehatan Mental USOPC Jessica Bartley, seperti dilansir Reuters, Rabu (9/2/2022).
Situasi di lapangan memperlihatkan bahwa tekanan atlet bertambah besar selama pandemi. Tidak hanya bersaing dengan peserta lain, mereka juga harus berjuang dengan kecemasan penularan dan menjalankan usaha-usaha pencegahan terinfeksi Covid-19.
Atlet skater Vincent Zhou menjadi bukti paling terkini yang bisa dilihat saat mimpi Olimpiade dia hancur oleh pandemi. Ia mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Senin dari kompetisi nomor tunggal putra setelah dinyatakan positif.
"Beberapa atlet menjadi kurang tidur karena cemas. Beberapa atlet kami bahkan hanya tinggal di kamar mereka sebelum bertanding, sehingga mereka akan melakukan pelatihan dan kemudian benar-benar menjaga diri mereka sendiri dan tidak terlibat dalam beberapa kegiatan yang sedang berlangsung di Olimpiade," kata Bartley.
Tim Amerika melakukan pendekatan holistik lewat kegiatan membangun tim, menonton film, dan permainan ringan juga menjadi kegiatan kontingen untuk membantu mengurangi stres.
"Apa yang sebenarnya kami temukan adalah fakta bahwa untuk mengatasi masalah sebelum menjadi krisis atau bekerja dengan seseorang di sekitar kesehatan mental, dapat membuat mereka menjadi atlet yang lebih kuat," katanya.