Rabu 16 Feb 2022 11:31 WIB

Imigran di Perbatasan Meksiko Jahit Mulut Sebagai Bentuk Protes

Sebagian besar para imigran ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang menyeberang melalui jembatan Internasional Paso del Norte Senin, 8 November 2021, di El Paso. Perbatasan AS-Meksiko dibuka kembali untuk individu yang divaksinasi setelah hampir dua tahun pembatasan.
Foto: AP/Briana Sanchez/The El Paso Times
Orang-orang menyeberang melalui jembatan Internasional Paso del Norte Senin, 8 November 2021, di El Paso. Perbatasan AS-Meksiko dibuka kembali untuk individu yang divaksinasi setelah hampir dua tahun pembatasan.

REPUBLIKA.CO.ID, TAPACHULA -- Selusin imigran tanpa dokumen di perbatasan Meksiko menjahit mulut mereka untuk menyakinkan otoritas imigrasi mengizinkan mereka lewat menuju perbatasan Amerika Serikat (AS). Sebagian besar para imigran ini berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.

Mereka saling membantu menjahit mulut satu sama lain menggunakan jarum dan benang plastik. Hanya tersisa sedikit ruang di bibir mereka untuk minum. Para imigran itu menggunakan alkohol untuk menyeka darah dari benang.

"Para imigran menjahit bibir mereka bersama-sama sebagai bentu protes," kata seorang aktivis di sebuah unjuk rasa, Irineo Mujica, Rabu (16/2).

"Kami berharap Institut Imigrasi Meksiko (INM) dapat melihat mereka berdarah, mereka manusia biasa," tambahnya.

Sejumlah imigran membawa anak-anak dalam unjuk rasa dramatis di Kota Tapachula yang berbatasan dengan Guetemala. Demonstrasi ini sebagai bentuk protes atas nasib ribuan imigran yang berbulan-bulan menunggu dokumen agar bisa melakukan perjalanan dengan bebas di Meksiko.

"Saya melakukannya untuk putri saya, ia tidak makan apa pun selama beberapa jam terakhir dan saya tidak melihat solusi dari pihak berwenang," kata Yorgelis Rivera.

"Kami seperti tahanan di sini," tambah Rivera.

Ia mengatakan sudah menunggu respon dari badan imigrasi Meksiko selama lebih dari satu bulan. INM belum menanggapi permintaan komentar mengenai protes ini tapi sebelumnya mereka mengatakan kantor cabang mereka di Tapachula menerima lebih dari ratusan pengajuan setiap hari.

Beberapa tahun terakhir jumlah imigran yang tiba di Meksiko untuk melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan melonjak. Pada tahun 2021 Meksiko mencatat jumlah pengajuan suaka kenaikan sebesar 87 persen, sebagian besar dari imigran asal Haiti dan Honduras.

Belum lama ini badan pengungsi PBB, UNHCR mengatakan Meksiko harus mempertimbangkan program bantuan baru di tengah gelombang imigran. Banyak dari mereka merupakan orang Venezuela yang kini harus memiliki visa untuk bisa berada di Meksiko.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement