REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Puluhan warga Rusia yang ingin mencari suaka ke Amerika Serikat (AS) ditahan di perbatasan Meksiko. Sementara warga Ukraina sangat mudah masuk ke AS, dengan menunjukkan paspor dan mendapatkan pengawalan melintasi perbatasan.
Warga Rusia dan Ukraina tersebut memasuki Meksiko sebagai turis dan terbang ke Tijuana. Mereka berharap dapat memasuki AS untuk mendapatkan kesempatan suaka. Sebanyak 34 warga Rusia pada Jumat (18/3) telah berkemah di perbatasan tersibuk AS dengan Meksiko selama dua hari. Pejabat kota Tijuana mendesak mereka untuk pergi.
Beberapa hari sebelumnya, sejumlah warga Rusia dirawat di AS, tepatnya di persimpangan San Ysidro. Sementara beberapa orang Ukraina tidak diizinkan melintasi perbatasan. Tetapi pada Jumat, warga Rusia ditolak masuk sementara orang Ukraina diterima.
“Sangat sulit untuk memahami bagaimana mereka membuat keputusan,” kata seorang warga Rusia, Irina Zolinka.
Zolinka berkemah bersama keluarganya yang terdiri dari tujuh orang setelah tiba di Tijuana pada Kamis (17/3/2022). Direktur Litigasi dan Kebijakan untuk Kelompok Advokasi Al Otro Lado, Erika Pinheiro, mengatakan, AS mulai menerima semua warga Ukraina dengan pembebasan bersyarat kemanusiaan selama satu tahun pada Selasa (15/3/2022). Sementara pada saat yang sama memblokir semua warga Rusia. Perubahan kebijakan itu tidak diumumkan secara resmi.
Perubahan kebijakan itu tertuang dalam Memo Departemen Keamanan Dalam Negeri tertanggal 11 Maret. Tetapi tidak dirilis ke publik hingga Kamis, dengan mengatakan kepada pejabat perbatasan bahwa warga Ukraina dapat dibebaskan dari pembatasan suaka yang dirancang untuk mencegah penyebaran COVID-19. Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan, keputusan harus dibuat kasus per kasus untuk Ukraina. Tetapi mereka tidak menyebutkan Rusia.
“Departemen Keamanan Dalam Negeri mengakui bahwa perang agresi Rusia di Ukraina yang tidak dapat dibenarkan dan telah menciptakan krisis kemanusiaan,” tulis memo tersebut.
Departemen Keamanan Dalam Negeri mengindikasikan bahwa, siapa pun yang dianggap "sangat rentan" dapat diterima masuk ke AS. Karena alasan kemanusiaan dalam peninjauan kasus per kasus, terlepas dari kebangsaannya.
Migran Rusia di Tijuana duduk di sisi barisan ratusan penduduk perbatasan yang menunggu untuk berjalan melintasi perbatasan ke San Diego pada Jumat. Seorang migran Rusia berusia 32 tahun tidak meninggalkan perbatasan sejak tiba di Tijuana bersama istrinya sekitar lima hari lalu. Dia tidak memiliki rencana untuk pergi, karena khawatir kehilangan kesempatan untuk mendapatkan suaka ke AS.
Dalam beberapa jam setelah tiba, migran Rusia yang mengidentifikasi dirinya sebagai Mark, karena dia mengkhawatirkan keselamatan keluarganya di Rusia, melihat tiga migran Rusia diterima di Amerika Serikat. Setelah enam jam, pihak berwenang AS mengembalikan paspornya dan mengatakan hanya warga Ukraina yang diizinkan masuk.
“Ukraina dan Rusia menderita karena satu orang,” kata Mark, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pejabat AS telah mengusir migran lebih dari 1,7 juta kali sejak Maret 2020 tanpa kesempatan untuk mendapatkan suaka, yang bertujuan mencegah penyebaran Covid-19. Untuk mengklaim suaka, para migran harus berada di wilayah AS. .