REPUBLIKA.CO.ID, PETROPOLIS -- Total korban tewas akibat banjir dan tanah longsor di Kota Petropolis, Brasil menjadi 117 orang. Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah sementara daerah itu masih diguyur hujan dengan curah tertinggi selama hampir satu abad.
Hujan deras masih mengguyur Petropolis dengan curah hujan 6 cm, menyebabkan tanah goyang dan mengganggu upaya pencarian korban selamat dan membersihkan puing-puing. Meteorolog memperkirakan curah hujan semalam masih di atas 4 cm.
"Setidaknya terdapat enam anak-anak di sini dan mungkin lebih banyak lagi dari lingkungan ini," kata salah satu warga Fabio Alves yang mengatakan tim penyelamat belum melakukan pencarian di lingkungan tempat tinggalnya, Kamis (18/2).
"Kami memperkirakan lebih dari 10 orang terkubur di sini dan kami butuh bantuan," katanya.
Lebih dari 700 orang harus mengungsi dari rumah mereka dan menetap sementara di sekolah-sekolah dan tempat darurat lainnya untuk berlindung. Gubenur Rio de Janeiro Claudio Castro menyamakan kerusakan yang diakibatkan bencana ini dengan zona perang.
"Saya di sini berharap menemukan istri saya, saya yakin ia di sini, warga di lantai bawah mengatakan ia ada di balkon ketika longsor menghantam," kata seorang warga lainnya, Marcelo Barbosa.
Terdapat informasi yang bertentangan mengenai jumlah korban dari tragedi ini. Kepolisian mengatakan lebih dari 100 orang hilang sementara kantor kejaksaan mengatakan hanya 35 orang yang masih hilang.
Tempat penyimpanan jenazah terpaksa memakai truk pendingin sebagai cadangan. Sebab korban jiwa terus berdatangan sementara yang lainnya masih menunggu untuk diidentifikasi keluarga mereka.
Kepala pertahanan sipil Rio de Janeiro Leandro Monteiro terpaksa bekerja semalaman dengan penerangan yang buruk untuk mencari korban selamat. Ia salah satu dari 500 anggota tim penyelamat yang mencari penyintas bersama warga dan keluarga orang yang masih hilang.
"Saya sudah tinggal di sini selama 44 tahun dan tidak pernah melihat yang seperti ini, semua teman saya pergi, mereka semua meninggal, mereka semua terkubur," kata warga lainnya Maria Jose Dante de Araujo.
Curah hujan Selasa (15/2/2022) lalu melebihi rata-rata seluruh bulan Februari. Hujan lebat longsor tumpah ke jalan, menghancurkan rumah-rumah, menyapu mobil dan bus serta menyebabkan kerusakan ratusan meter daerah lereng gunung.
Hujan awal pekan lalu menjadi hujan paling lebat yang pernah tercatat sejak tahun 1932 di Petropolis, destinasi pariwisata di perbukitan Rio de Janeiro. Kota itu terkenal sebagai Imperial City yang menjadi tempat liburan bangsawan Brasil pada abad ke-19.
"Saya bahkan tidak bisa berkata-kata, saya hancur, kami semua hancur atas apa yang hilang dari kami, untuk lingkungan kami, untuk teman-teman kami, untuk rumah kami, dan kami masih hidup, bagaimana dengan mereka yang telah pergi?" kata seorang warga Luci Vieira dos Santos.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berjanji segera mengunjungi lokasi bencana saat sudah pulang dari kunjungan kenegaraan ke Rusia dan Hungaria. Ia berjanji, pemerintah federal akan membantu masyarakat yang terdampak dan mulai membangun kembali daerah tersebut.
Kementerian Ekonomi Brasil merespons bencana itu dengan menunda penarikan pajak dari Rio de Janeiro dan Espírito Santo, daerah yang juga mengalami kerusakan akibat hujan lebat. Hujan lebat sejak Desember lalu mengakibatkan banjir dan longsor mematikan di seluruh Brasil.