REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel, pada Jumat (18/2), mengaku telah menembakkan rudal pencegat dan pesawat tempur secara protektif. Tindakan itu diambil akibat pesawat tak berawak yang diluncurkan dari Lebanon melintasi perbatasan utara.
Menurut militer serangan itu memicu sirene serangan udara di Israel utara. Pencegat Iron Dome dikerahkan dan jet tempur berpatroli di langit. "Setelah beberapa menit, kontak radar hilang dengan pesawat," katanya.
"Peristiwa itu sedang diselidiki. Kehidupan sipil di Israel utara telah kembali ke rutinitas," ujar militer israel.
Langkah itu dilakukan hanya sehari setelah Israel menembak jatuh drone lain yang diduga dari kelompok milisi Hizbullah Lebanon. Baik Lebanon maupun Hizbullah tidak segera memberikan komentar.
Israel dan Hizbullah adalah musuh bebuyutan yang berperang selama sebulan pada 200 dengan tanpa penyelesaian. Israel menganggap Hizbullah yang didukung Iran sebagai ancaman langsung terbesarnya, memiliki sekitar 150 ribu roket dan rudal yang mampu menyerang dari mana saja.
Israel telah lama menyatakan keprihatinan bahwa Hizbullah akan memperoleh atau mengembangkan peluru kendali dan menyerang pesawat tak berawak. Awal pekan ini, kepala Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan kelompoknya telah memproduksi drone militer di Lebanon. Kelompok ini memiliki teknologi untuk mengubah ribuan rudal yang dimilikinya menjadi amunisi berpemandu presisi.