Jumat 18 Feb 2022 02:41 WIB

Israel akan Tingkatkan Kerja Sama Perdagangan dengan Maroko

Israel dan Maroko ingin memperluas kerja sama perdagangan sejak normalisasi pada 2020

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Bendera negara Maroko.
Foto: EPA
Bendera negara Maroko.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel akan menandatangani kesepakatan ekonomi dan perdagangan dengan Maroko pada pekan depan. Israel dan Maroko ingin memperluas kerja sama perdagangan sejak mereka menormalkan hubungan pada akhir 2020 lalu.

Menteri Ekonomi Israel, Orna Barbivai akan memulai kunjungannya ke Maroko pada Ahad (20/2) mendatang. Dia dijadwalkan bertemu dengan menteri, pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis di Rabat, Casablanca dan Marrakeh.

Kemudian, Barbivai juga dijadwalkan untuk bertemu dengan menteri ekonomi Maroko untuk menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi dan perdagangan. Kerja sama ini akan meletakkan infrastruktur ekonomi untuk memperluas perdagangan antar negara.

“Maroko adalah negara penting bagi Israel secara politik, ekonomi dan budaya,” kata Barbivai.

Perdagangan antara Israel dan Maroko masih berada dalam skala kecil, tetapi terus meningkat. Kementerian Ekonomi Israel mencatat, total perdagangan dengan Maroko pada 2021 mencapai 131 juta dolar AS.

“Meskipun ada ikatan perdagangan dan industri Israel yang ada di Maroko, ruang lingkup kerja sama ekonomi masih terbatas. Jika direalisasikan (kerja sama ini) secara signifikan akan berkontribusi pada kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi kedua negara,” ujar Barbivai.

Maroko merupakan salah satu negara Arab yang menormalisasi hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham. Kesepakatan Abrahan dinegosiasikan di bawah mantan Pesiden Amerika Serikat Donald Trump. Kesepakatan ini juga tetap didukung oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.

Bahrain dan Uni Emirat Arab juga telah menormalkan hubungan dengan Israel di bawah perjanjian tersebut. Sudan telah setuju untuk menormalkan hubungan dengan Israel, tetapi keduanya belum menjalin hubungan diplomatik secara formal karena ketidakstabilan yang bergolak di Khartoum.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement