REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE — Serbia tengah bersiap menghadapi tekanan politik menyusul adanya keputusan dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakui dua republik yang memproklamirkan diri di wilayah timur Ukraina. Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan, saat ini banyak tantangan yang bersifat politik, keamanan, dan ekonomi.
Secara khusus, ia menyebut tantangan politik akan lebih besar dari sebelumnya. “Berbagai macam tekanan telah saya lalui, tetapi apa yang saya alami dalam tiga hari sebelumnya dan selanjutnya tidak akan mudah,” ujar Vucic dilansir Anadolu Agency, Selasa (22/2/2022).
Vucic mengatakan bahwa setelah Putin menandatangani dekret tentang pengakuan Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri, masalah keamanan dunia terjadi. Menurut dia, hal ini dapat membuat tatanan dunia berubah, menambahkan bahwa komitmen Serbia untuk perdamaian harus kuat.
“Tidak ada yang bisa memprediksi bagaimana seseorang akan berperilaku. Sejauh yang kami ketahui, komitmen kami untuk perdamaian harus tegas,” kata Vucic.
Lebih lanjut, Vucic mengatakan, sebagai presiden dan panglima di Serbia ia telah mengeluarkan perintah setiap saat untuk bersiap dengan cara terbaik. Sementara dari segi politik, negara itu harus banyak bekerja. “Perdamaian bukan lagi sesuatu yang implisit. Karena itu kami harus bekerja keras untuk menjamin keamanan," kata Vucic.
Vucic telah mengeluarkan perintah kepada tentara dan permintaan kepada polisi untuk bersiap dengan cara terbaik setiap saat untuk terus berinvestasi dalam peralatan dan senjata. Ia menyebut lonjakan harga minyak sebagai tantangan aspek ekonomi Serbia.