Jumat 25 Feb 2022 00:10 WIB

Warga Gaza Minati Belajar Bahasa Ibrani untuk Bekerja di Israel

Israel menawarkan 10 ribu izin yang memungkinkan penduduk Gaza bekerja di Israel

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Bahasa Ibrani
Foto: theglobeandmail.com
Bahasa Ibrani

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --- Di ruang kelas yang terang benderang di Gaza, seorang guru mengeja kata-kata Ibrani di papan tulis. Pelajaran ini diikuti dengan penuh perhatian oleh lusinan warga Palestina lainnya yang berharap dapat memanfaatkan pembukaan peluang kerja di Israel.

Permintaan yang meningkat untuk kelas di pusat bahasa Nafha mengikuti tawaran baru izin kerja oleh Israel. Sekarang Israel menawarkan 10.000 izin yang memungkinkan penduduk Gaza untuk menyeberangi perbatasan untuk bekerja di wilayah itu.

Pemilik pusat bahasa Nafha Ahmed Al-Faleet mengatakan jumlah orang yang terdaftar untuk belajar bahasa Ibrani telah meningkat empat kali lipat. Jumlah yang mendaftar mencapai 160 siswa per kursus sejak Israel mulai memberikan izin kerja pada kuartal terakhir pada 2021.

"Kursus ini memungkinkan siapa saja yang mendapat izin untuk membaca tanda, dokumen yang ditulis dalam bahasa Ibrani, dan berkomunikasi dengan (tentara) di pos pemeriksaan Israel. Jika majikan hanya berbicara bahasa Ibrani, itu memungkinkan pekerja untuk berurusan dengannya," kata Al-Faleet.

Sekitar 2,3 juta warga Gaza tinggal di jalur pantai yang sempit, sebagian besar tidak dapat pergi untuk mencari pekerjaan di luar negeri dan diperas oleh pembatasan 15 tahun yang diberlakukan oleh Israel. Sebanyak 64 persen dari populasi Gaza diperkirakan hidup dalam kemiskinan dan pengangguran mencapai 50 persen. Wilayah yang dipimpin oleh kelompok Hamasa ini juga berbatasan dengan Mesir, yang memberlakukan pembatasan sendiri pada penyeberangan.

Sebelum pemberontakan Palestina meletus pada 2000, sekitar 130.000 warga Gaza bekerja di Israel. Palestina mengatakan Israel pada 2005 melarang buruh setelah menarik pasukan dan pemukim dari Gaza.

Warga Gaza tidak mengharapkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah izin kerja. Namun, bagi lusinan pekerja dan pedagang yang terdaftar di kelas di Nafha, perubahan itu menawarkan prospek penghasilan di Israel yang setara dengan upah seminggu di Gaza.

"Saya datang ke sini hari ini untuk belajar bahasa Ibrani sehingga saya dapat menangani berbagai hal dalam pekerjaan saya di dalam (Israel) dengan mudah," kata salah satu siswa pusat bahasa Nafha,  Maher Al-Farra.

Petugas penghubung Israel Kolonel Moshe Tetro mengatakan pekerjaan baru akan meningkatkan ekonomi Gaza. "Dan akan memberikan ketenangan dan stabilitas keamanan," ujarnya.

Sedangkan pejabat senior Hamas Eassam Daalis mengatakan Israel pada akhirnya diharapkan menawarkan 30.000 izin kerja. Menurut para ekonom, keputusan itu dapat memungkinkan pekerja untuk mendapatkan rata-rata 500 shekel sehari, setara dengan apa yang dapat diperoleh beberapa orang seminggu bekerja di Gaza.

"Setiap minggu saya pulang ke rumah bahagia untuk keluarga saya dengan 2.000 shekel. Saya juga memberikan kepada ibu dan ayah saya,” kata warga Jabalya di Gaza utara Jamil Abdallah.

Ekonom Gaza Mohammad Abu Jayyab mencatat bahwa tawaran izin adalah salah satu dari serangkaian langkah ekonomi yang disepakati di bawah penyelesaian politik yang ditengahi oleh negosiator Mesir, Qatar, dan PBB setelah konflik Mei. "Ini bukan inisiatif Israel sepihak," katanya.

Dengan ketegangan yang muncul akibat bentrokan antara pemukim Yahudi dan warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Ditambah penggusuran keluarga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, situasinya bisa berubah dengan cepat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement