REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan Uni Eropa harus mengurangi ketergantungan impor bahan bakar fosil dari Rusia. Menurut dia, di tengah ketegangan Rusia-Ukraina saat ini, perhimpunan Benua Biru perlu memperketat aliran uang yang dapat mendanai agresi Moskow.
“Uni Eropa harus mengurangi secepat mungkin ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia. Kita membayar tagihan yang sangat tinggi kepada (Presiden Rusia Vladimir) Putin, dan uang ini digunakan untuk membiayai agresi militernya,” kata Borrell, Senin (28/2/2022), dikutip Anadolu Agency.
Uni Eropa diketahui telah memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Mereka pun telah menutup wilayah udaranya bagi pesawat-pesawat Rusia. Kendati demikian, menurut Borrell, Uni Eropa pun siap membidik negara-negara yang membantu Rusia, misalnya Belarusia. “Kami akan lebih memperkuat paket sanksi kami terhadap rezim Belarusia dan semua orang yang bekerja sama dengan operasi militer Rusia melawan Ukraina,” ucapnya.
Borrell mengungkapkan, selain bantuan militer, Ukraina telah meminta dukungan untuk intelijen geospasial. Dia menyebut Uni Eropa telah memobilisasi pusat satelit untuk mengerjakannya. "Dengan mobilisasi sumber daya, semuanya sesuai rencana. Itu harus dilakukan dengan cepat karena perang terus berlanjut dan perang tidak bisa menunggu prosedur birokrasi," katanya.
Borrell menekankan bahwa perang dimulai oleh Putin dan kalangan oligarki di sekitarnya. Oleh sebab itu, publik Rusia harus dipisahkan dari krisis ini. Borrell mengatakan dia akan mengunjungi Moldova untuk bertemu dengan warga Ukraina yang melarikan diri dari perang. "Tapi Moldova adalah salah satu negara di mana kami percaya bahwa tekanan Rusia dapat meningkat dalam beberapa hari mendatang," tambahnya.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Michelle Bachelet mengungkapkan, sedikitnya 102 warga sipil Ukraina, termasuk di antaranya tujuh anak-anak, tewas akibat serangan Rusia yang dilancarkan pekan lalu. Dia menduga, jumlah korban sipil bisa lebih tinggi.
“Sebagian besar warga sipil ini terbunuh oleh senjata peledak dengan area dampak yang luas, termasuk penembakan dari artileri berat dan sistem roket multi-peluncuran, serta serangan udara. Angka (korban tewas) sebenarnya, saya khawatir, jauh lebih tinggi,” kata Bachelet saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, Senin (28/2/2022).
Dia memperingatkan, saat ini penderitaan di Ukraina meluas. “Jutaan warga sipil, termasuk orang-orang yang rentan dan lanjut usia, terpaksa meringkuk di berbagai bentuk tempat perlindungan bom, seperti stasiun bawah tanah, untuk menghindari ledakan,” ucapnya.
Bachelet mengungkapkan, badan pengungsi PBB telah mencatat 368 ribu orang yang melarikan diri dari Ukraina sebagai pengungsi. Jumlah pengungsi internal di Ukraina lebih tinggi. "Pikiran saya tertuju pada mereka dan semua orang di seluruh dunia yang menderita," ujar Bachelet.
Baca juga : Imam Besar Al Azhar Minta Pemimpin Dunia Akhiri Perang Rusia-Ukraina