Selasa 01 Mar 2022 15:10 WIB

Rusia Kecam Negara-Negara Pemasok Senjata ke Ukraina

Rusia menegaskan, niat Uni Eropa menghancurkan perekonomiannya tidak akan terjadi.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Pria pertahanan sipil bersenjata berpose untuk foto saat berpatroli di jalan kosong karena jam malam di Kyiv, Ukraina, Ahad, 27 Februari 2022. Pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah memasuki kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pasukan Rusia juga meningkatkan tekanan pada pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Pria pertahanan sipil bersenjata berpose untuk foto saat berpatroli di jalan kosong karena jam malam di Kyiv, Ukraina, Ahad, 27 Februari 2022. Pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia telah memasuki kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pasukan Rusia juga meningkatkan tekanan pada pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengecam negara-negara yang memasok senjata 'mematikan' ke Ukraina. Moskow memperingatkan mereka tentang konsekuensi berbahaya yang dapat timbul akibat tindakan tersebut.

“Warga dan struktur Uni Eropa yang terlibat dalam memasok senjata mematikan dan bahan bakar serta pelumas ke Angkatan Bersenjata Ukraina akan bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari tindakan tersebut dalam konteks operasi militer khusus yang sedang berlangsung (di Ukraina). Mereka tidak dapat gagal untuk memahami tingkat bahaya dari konsekuensinya,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia, dilaporkan Interfax, Senin (28/2/2022).

Baca Juga

Uni Eropa, Ahad (27/2/2022), mengumumkan, mereka akan membiayai pembelian dan pengiriman senjata serta peralatan lainnya ke Ukraina. Nilai dari bantuan itu mencapai 450 juta euro. Senjata mematikan yang dipasok perhimpunan Benua Biru akan mencakup amunisi, mesiu, sistem pertahanan udara, dan sistem antitank. Mereka pun bakal menyuplai bahan bakar, helm balistik, peralatan pelindung pribadi, dan kotak P3K.

Dalam pernyataan terbarunya, Kemenlu Rusia juga mengecilkan efek sanksi yang dijatuhkan Barat, termasuk Uni Eropa, terhadapnya. “Mitos lain yang telah disebarkan Uni Eropa di masa lalu; bahwa pembatasan sepihak mereka, yang tidak sah menurut hukum internasional dan tidak ditujukan terhadap rakyat Rusia, akhirnya tersingkir. Fungsionaris Brussels, yang hingga saat ini menggambarkan diri mereka sebagai 'mitra strategis' negara kami, tidak bersembunyi lagi: mereka berniat menimbulkan kerusakan maksimum pada Rusia, mencapai titik lemahnya, secara serius menghancurkan ekonominya dan menekan pertumbuhan ekonominya,” katanya. 

Rusia menegaskan, niat Uni Eropa menghancurkan perekonomiannya tidak akan terjadi. Moskow pun tidak bakal membiarkan tindakan tersebut tak terbalas. “Rusia akan terus memastikan realisasi kepentingan nasional vitalnya tanpa memperhatikan sanksi dan ancaman mereka. Sudah waktunya bagi negara-negara Barat untuk memahami bahwa dominasi mereka yang tak terbagi dalam ekonomi global sudah lama berlalu,” kata Kemenlu Rusia.

Dengan sanksi terbaru dari negara-negara Barat, Rusia lebih terisolasi secara ekonomi dibandingkan sebelumnya. Nilai mata uang negara tersebut merosot. Salah satu sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa bersama Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Kanada adalah mengeluarkan Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication atau SWIFT.

Ia merupakan jaringan keamanan tinggi yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia. SWIFT memungkinkan bank memindahkan uang dengan cepat dan aman, mendukung triliunan dolar dalam arus perdagangan serta investasi. Dikeluarkannya Rusia dari SWIFT dianggap sebagai hukuman ekonomi terberat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement