REPUBLIKA.CO.ID,KABUL — Pemerintah Taliban melalui Juru bicaranya, Zabihullah Mujahid mengumumkan melarang perempuan tanpa pendamping laki-laki bepergian ke luar negeri. Pengumuman itu disampaikan Mujahid dalam sebuah konferensi pers pada Ahad (27/2/2022) lalu.
Sontak saja kebijakan tersebut mendapat kritikan tajam dari berbagai negara. Salah satunya Kepala Misi Inggris untuk Afghanistan, Hugo Shorter yang menyebut perintah ini sebagai pembatasan yang tidak dapat diterima karena menghalangi kebebasan bergerak.
Menanggapi kritikan tersebut, baru-baru ini Mujahid menyampaikannya melalui cuitan di Twitter. Menurut Mujahid, bagi perempuan yang dievakuasi dari luar negeri dan perempuan yang memiliki dokumen legal maka akan diizinkan melakukan penerbangan.
“Rekan-rekan kami yang memiliki dokumen dan undangan resmi dapat melakukan perjalanan ke luar negeri dan dapat kembali ke negara itu dengan percaya diri," cuitnya dilansir dari Alaraby, Rabu (2/3/2022).
Tidak jelas apakah aturan ini akan mencegah negara-negara barat mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan NATO selama pendudukan pimpinan Amerika di Afghanistan.
Lebih dari 120 ribu warga Afghanistan telah dievakuasi oleh berbagai kekuatan barat ketika Taliban merebut Kabul pada Agustus 2021.