REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ia, Wakil Presiden William Tai dan Perdana Menteri Su Tseng-chang akan menyumbangkan satu bulan gaji mereka untuk bantuan kemanusiaan ke Ukraina.
Rakyat Ukraina mendapat banyak simpati dari warga Taiwan yang setiap hari merasakan ancaman nyata dari tetangga raksasa mereka China. Beijing menganggap Taiwan bagian dari wilayahnya dan meningkatkan kehadiran militer untuk menegaskan klaim tersebut.
Pada pekan ini pemerintah Tsai telah mengirimkan gelombang pertama bantuan ke Ukraina dalam bentuk 27 ton bantuan medis. Dalam rapat Partai Progresif Demokrasi yang berkuasa Tsai mengatakan kebulatan hati rakyat Ukraina menggerakan hati seluruh dunia dan warga Taiwan.
Rusia menggambarkan invasinya ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus." Tsai mengatakan dukungan negara-negara demokrasi di seluruh dunia pada Ukraina semakin kuat.
"Sebagai anggota mitra demokrasi global, Taiwan tidak absen dan kami mendukung Ukraina sepenuhnya," kata Tsai, Rabu (2/3).
Tsai mengatakan Kementerian Luar Negeri akan memberikan detail rekening bank yang dipakai Asosiasi Bantuan Bencana Taiwan untuk Ukraina. Presiden mengatakan ia, Lai dan Su akan mengirimkan satu bulan gaji mereka ke rekening itu.
Sumber yang mengetahui perihal ini mengatakan sebagai presiden setiap bulannya Tsai menerima gaji sebesar 400 dolar Taiwan atau 14.250 dolar AS atau hampir Rp 205 juta.
Terpisah Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan telah meminta kedutaan besar de facto mereka di Warsawa, pemerintah Polandia dan lembaga swadaya masyarakat yang "ditunjuk" untuk membantu mendistribusikan dana itu pada pengungsi Ukraina.
Pekan lalu Taiwan juga mengumumkan bergabung dengan negara-negara Barat untuk memberikan sanksi pada Rusia walaupun perdagangan antara dua negara kecil.
"Saya harap kompatriot kami, serta semua rekan-rekan partai di pemerintahan, dapat sepenuhnya merespon tindakan ini dan mengungkapkan dengan tegas pada dunia bahwa Taiwan berdiri bersama Ukraina dan Tiawan membela demokrasi dan kebebasan," kata Tsai.
Atas tekanan Cina sampai saat ini Taiwan masih tidak dapat berpartisipasi di organisasi internasional seperti PBB. Tapi tetap bertekad menunjukkan sebagai anggota masyarakat internasional yang bertanggung jawab walaupun terisolasi secara diplomasi.