REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak ada indikasi meningkatnya tingkat radiasi di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, Ukraina. Presiden Joe Biden pun menerima perkembangan terbaru mengenai kebakaran di PLTN itu dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengungkapkan insiden tersebut melalui Twitter pada Jumat berdasarkan laporan wali kota setempat tentang serangan Rusia di sana. Reuters belum dapat memverifikasi kebenaran informasi itu.
"Tentara Rusia menembak dari semua sisi ke PLTN Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa," cicit Kuleba.
"Kebakaran telah terjadi. Jika (PLTN) itu meledak, ledakannya bisa 10 kali lebih besar daripada Chernobyl! Rusia harus SEGERA menghentikan serangannya, izinkan pemadam kebakaran, dirikan zona keamanan!" tulis Kuleba.
Kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah menimpa PLTN Chernobyl pada 1986. Saat itu, Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.
Sementara itu, menurut laporan AP, pasukan Rusia telah melancarkan serangan ke kota penting penghasil energi di Ukraina dengan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia pada Jumat (4/3/2022) dini hari.
Serangan telah memicu kebakaran dan menimbulkan kekhawatiran bahwa radiasi dapat bocor dari pembangkit listrik yang rusak. Juru bicara PLTN Zaporizhzhia, Andriy Tuz, mengatakan kepada televisi Ukraina bahwa rudal mendarat di fasilitas tersebut dan telah membakar salah satu dari enam reaktor fasilitas itu.
Tuz menyebutkan, reaktor itu dalam renovasi dan tidak beroperasi. Akan tetapi, ada bahan bakar nuklir di dalamnya.
"Ada ancaman nyata bahaya nuklir di stasiun energi atom terbesar di Eropa," kata Tuz.