REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Energi Amerika Serikat (AS) Jennifer Granholm mengatakan reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, Ukraina berhenti beroperasi dengan aman. Sebelumnya, Washington juga tidak melihat adanya peningkatan radiasi di daerah sekitar.
Di media sosial Twitter, Granholm mengatakan ia sudah berbicara dengan menteri energi Ukraina mengenai situasi di PLTN. Sebelumnya dilaporkan pasukan Rusia menembak PLTN Zaporizhzhia dengan roket.
"Kami tidak melihat peningkatan radiasi di daerah sekitar fasilitas (nuklir)," kata Granholm.
Presiden Joe Biden sudah menerima perkembangan terbaru mengenai kebakaran di PLTN itu dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Washington mengatakan Biden juga menerima perkembangan terbaru dari wakil menteri bidang keamanan nuklir Departemen Energi AS.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengungkapkan insiden tersebut melalui Twitter pada Jumat berdasarkan laporan wali kota setempat tentang serangan Rusia di sana. Reuters belum dapat memverifikasi kebenaran informasi itu.
"Tentara Rusia menembak dari semua sisi ke PLTN Zaporizhzhia, pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa," cicit Kuleba.
"Kebakaran telah terjadi. Jika (PLTN) itu meledak, ledakannya bisa 10 kali lebih besar daripada Chernobyl! Rusia harus SEGERA menghentikan serangannya, izinkan pemadam kebakaran, dirikan zona keamanan!" tulis Kuleba.
Kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah menimpa PLTN Chernobyl pada 1986. Saat itu, Ukraina menjadi bagian dari Uni Soviet.
Sementara itu, menurut laporan AP, pasukan Rusia telah melancarkan serangan ke kota penting penghasil energi di Ukraina dengan menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia pada Jumat (4/3/2022) dini hari.