REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Bagi Olena, Vladimir Putin seperti mengejarnya selama bertahun-tahun. Muak dengan pemerintahan Putin, warga Rusia itu meninggalkan negara asalnya enam tahun lalu dan pindah ke Ukraina.
Olena membantu mengumpulkan dana untuk perempuan dan anak-anak yang rumahnya telah dihancurkan selama bertahun-tahun pertempuran antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di Donbas.
Kemudian, pekan ini, Olena bergerak lagi, melarikan diri dari rumah di Kiev sebelum serangan Rusia semakin intens. Dia merasa menjadi pengungsi ganda karena sebelumnya pergi dari Rusia ke Ukraina. "Saya melarikan diri dari Rusia, dan kemudian Rusia datang ke Ukraina," ujarnya yang berbicara dengan nama depannya karena takut akan pembalasan terhadap keluarganya.
Olena dan lima rekannya meninggalkan Kiev setelah tiga malam di tempat perlindungan bom, suara ledakan menggema. Mereka tiba di Hongaria pada Kamis (3/3/2022), setelah penerbangan tiga hari yang mengerikan.
Duduk di kereta di kota perbatasan Hungaria, Zahony, sebelum berangkat ke ibu kota Budapest, Olena mengatakan telah berpartisipasi dalam protes anti-Putin di Rusia. Namun, dia menyadari bahwa Putin akan terus memerintah selagi masih hidup, sehingga satu-satunya cara untuk terlepas dengan meninggalkan Rusia.
Olena pindah ke Ukraina karena terinspirasi oleh revolusi Maidan pada 2014. Ketika itu protes berkelanjutan memaksa penggulingan presiden Ukraina yang didukung Rusia, Viktor Yanukovych. "Selama Putin berkuasa, saya tidak akan pernah kembali," katanya.
Tapi sekarang, Ukraina bukan lagi pilihan. Baginya atau bagi ratusan pengungsi lain yang naik kereta untuk perjalanan lima jam dari perbatasan ke Budapest. Puluhan relawan menyambut mereka, menawarkan makanan, transportasi, dan akomodasi.
Olena bersyukur berada di wilayah bersahabat, tetapi masa depan tampak tidak pasti. “Saya tidak punya rumah, saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan. Saya hanya harus berharap,” katanya.
Sosok perempuan ini harus kehilangan akses perbankan setelah Ukraina memblokir rekening bank warga Rusia. Tindakan itu dilakukan akibat kekhawatiran dana itu akan digunakan untuk membiayai serangan Rusia di Ukraina.
"Saya mengerti alasan mereka, karena mereka takut Rusia akan menggunakan uang ini untuk berperang. Tapi, saya hanya warga sipil. Saya baru saja kehilangan semua penghasilan saya, saya kehilangan semua sumber uang saya, dan saya kehilangan rekening bank saya, hanya karena paspor Rusia ini,” kata Olena.
Paspor Rusia itu menyebabkan masalah dalam perjalanannya dari Kiev. Beberapa orang Ukraina menyatakan permusuhan, mengaitkannya dengan musuh.
Namun, Olena menekankan bahwa banyak orang Rusia, di dalam dan luar negeri, menentang perang. Dia berharap orang-orang akan memisahkan pemerintah dari rakyat biasa yang tidak ingin berperang.
"Ukraina seperti saudara. Kita tidak bisa bertarung satu sama lain. Putin adalah musuh yang sebenarnya. Ketika Putin berkuasa, saya tidak menyukainya tetapi saya tidak menyadari seluruh skala kegilaannya," kata Olena.
Olena dan rekan-rekannya diberi tempat tinggal di pinggiran kota Budapest yang rimbun. Ini adalah jeda selamat datang. “Kami tidak mendengar ledakan lagi. Kami tidak mendengar sirene setiap dua jam, ketika kami harus mengemasi barang-barang kami dan bergegas ke tempat perlindungan bom. Ketika kami melintasi perbatasan, sungguh melegakan bahwa kami masih hidup dan kami aman," ujarnya.
Sumber: https://apnews.com/article/russia-ukraine-vladimir-putin-kyiv-migration-europe-3a7e4a8bade432ad447bae1f75dbfcef