REPUBLIKA.CO.ID, KRAKOW -- Sebanyak tiga juta orang melarikan diri dari Ukraina yang tengah dilanda perang dalam empat pekan pertama konflik. Sebagian besar dari mereka telah menyeberang ke Polandia.
Sementara pemerintah dan masyarakat sipil memberikan sambutan hangat kepada para pendatang baru tersebut, namun ruang untuk pengungsi hampir habis. Krzysztof Chawrona (41 tahun), seorang pengusaha dari Krakow dan pendiri Nidaros, sebuah organisasi pendukung untuk warga Ukraina adalah salah satu dari beberapa yang menyediakan ruang di rumah mereka untuk pengungsi.
"Putra saya tidur dengan bibinya sejak saya menyerahkan flat saya kepada delapan pengungsi. Ada tujuh orang dalam 40 meter persegi di flat kedua saya, yang dulu saya sewakan ke satu perusahaan dan mereka bersyukur memiliki tempat tinggal," ujar Chawrona, ayah dari empat anak, dilansir dari Aljazirah, Jumat (18/3/2022).
Dia mengatakan, pada hari pertama invasi Rusia pada 24 Februari lalu, kota-kota di seluruh Polandia dengan cepat menampung pengungsi Ukraina. Warga Ukraina tidur di jalan di depan kantor yayasannya di Krakow. Setiap hari ribuan pengungsi lainnya tiba dengan kereta api, mencari perlindungan di kota-kota besar Warsawa, Krakow, dan Wroclaw.
Chawrona mendirikan organisasinya empat tahun lalu untuk membantu pekerja migran Ukraina dalam beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan keadaan baru sambil belajar bahasa dan menyelesaikan dokumen. Chawrona bepergian ke Ukraina sendirian di akhir pekan, membawa obat-obatan dan kebutuhan lainnya untuk rumah sakit di Vinnytsia dan Khmelnytskyi. Seorang teman biasa menemaninya, tetapi tidak lagi setelah Rusia menyerang.
Namun, tantangan terbesar bagi kelompoknya adalah pembiayaan. Sekitar 150 ribu orang Ukraina sejauh ini telah melakukan perjalanan ke Krakow.
Pemerintah daerah telah mengubah setiap ruang yang tersedia, seperti aula olahraga, asrama, dan hotel menjadi tempat perlindungan. Hampir sulit untuk menemukan apartemen atau kamar hotel yang layak di kota berpenduduk 700 ribu orang itu.