Jumat 25 Mar 2022 01:15 WIB

Perekam Suara Kokpit China Eastern yang Jatuh Dibawa ke Beijing

Perekam suara kokpit China Eastern dibawa ke Beijing untuk analisis sebab kecelakaan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Christiyaningsih
 Papan nama pada pesawat penumpang China Eastern Airlines Airbus A330-243 di bandara Frankfurt, Frankfurt, Jerman, 08 Februari 2018 (diterbitkan kembali 21 Maret 2022). Perekam suara kokpit China Eastern dibawa ke Beijing untuk analisis sebab kecelakaan. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/MAURITZ ANTIN
Papan nama pada pesawat penumpang China Eastern Airlines Airbus A330-243 di bandara Frankfurt, Frankfurt, Jerman, 08 Februari 2018 (diterbitkan kembali 21 Maret 2022). Perekam suara kokpit China Eastern dibawa ke Beijing untuk analisis sebab kecelakaan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perekam suara kokpit pada pesawat yang menabrak lereng gunung China dengan 132 orang di dalamnya kini sedang dianalisis di Beijing. Dalam proses yang dilakukan sebelumnya, dikonfirmasi bahwa telah ditemukan jenazah manusia di lokasi tersebut.

Penerbangan China Eastern Airlines jatuh pada Senin (21/3/2022) sore dari ketinggian lebih dari 6.000 meter (20 ribu kaki) hingga menewasan 132 orang. Penyebab kecelakaan itu tidak diketahui dan penyelidik mengatakan untuk menentukannya bisa jadi sulit mengingat situasinya.

Baca Juga

Pesawat itu jatuh dengan kekuatan besar sehingga sebagian besar hancur karena benturan dan kotak hitam yang ditemukan rusak parah. Kotak hitam kedua, yang merekam data penerbangan, juga belum ditemukan.

Zhu Tao, seorang pejabat di Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC), mengatakan unit penyimpanan perekam yang dipulihkan juga rusak tetapi relatif utuh dan telah dikirim ke institut Beijing untuk dilakukan decoding. Lebih dari 300 pekerja penyelamat tetap berada di lokasi kecelakaan di daerah terpencil dekat Wuzhou di Kabupaten Teng, provinsi Guangxi.

Pekerjaan dihentikan sebentar pada Rabu (23/3/2022) karena cuaca buruk. Kemudian pada malam harinya, beberapa jenazah manusia telah ditemukan.

Pencarian perekam penerbangan kedua terus berlanjut. Penyelidik berharap informasi tersebut dapat memberikan jawaban mengapa pesawat, yang telah melewati pemeriksaan keselamatan sebelum lepas landas, jatuh selama fase jelajah penerbangan.

Menurut pelacak data penerbangan, pesawat yang jatuh itu adalah Boeing 737-89P berusia enam tahun. Boeing 737-800 adalah salah satu pesawat penumpang paling umum di dunia. Ini berbeda dengan 737 Max, yang dilarang terbang di seluruh dunia setelah dua kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019.

Sebagai jawaban atas spekulasi bahwa kecelakaan itu mungkin disebabkan oleh aktivitas pilot, Sun Shiying selaku ketua cabang maskapai penerbangan Yunnan mengungkapkan tiga pilot dalam keadaan sehat dan memiliki kinerja yang baik. Mereka juga punya hubungan yang harmonis dengan keluarga mereka.

Penyelidikan bencana udara terburuk di China selama lebih dari satu dekade dipimpin oleh otoritas lokal. Namun penyelidik Amerika dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) telah diundang untuk ambil bagian karena pesawat itu dibuat di AS.

Akan tetapi belum dipastikan apakah para penyelidik tersebut dapat melakukan perjalanan ke China karena persyaratan visa dan karantina. "Kami bekerja dengan Departemen Luar Negeri untuk mengatasi masalah tersebut dengan pemerintah China sebelum perjalanan ditentukan," demikian pernyataan NTSB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement