REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) mengecam pernyataan menteri pertahanan Korea Selatan (Korsel) tentang kemampuan Negeri Ginseng menyerang Korut. Pyongyang memperingatkan Korut akan menghancurkan target-target di Seoul bila Korsel mengambil "serangan militer berbahaya" seperti serangan preemtif.
"(Pernyataan menteri pertahanan Korsel) semakin memperburuk hubungan antara-Korea dan ketegangan militer di Semenanjung Korea," kata adik pemimpin Korut Kim Jong Un dan wakil departemen Komite Pusat Partai Korea, Kim Yo Jong seperti dikutip kantor berita Korut, KCNA, Ahad (2/4/2022).
Peringatan ini disampaikan satu hari setelah Menteri Pertahanan Korsel Suh Wook mengatakan militer negaranya memiliki berbagai rudal yang jangkauan, akurasi dan kekuatannya semakin baik. "Mampu dengan cepat dan akurat mengenai target mana pun di Korut," kata Suh Wook pada Jumat (1/4/2022) lalu.
Suh juga mengatakan kementerian akan dengan aktif membantu memastikan militer memiliki kemampuan untuk merespon ancaman rudal Korut. Ia menyebut Korut sebagai "musuh."
Kim Yo Jong mengatakan negaranya juga akan "mempertimbangkan banyak hal" dan Korut "mungkin akan menghadapi ancaman serius" karena pernyataan semacam ini.
Dalam pernyataan yang terpisah sekretaris Komite Pusat Partai Pekerja Korea Pak Jon Chon mengatakan Korut "akan tanpa ampun mengarahkan seluruh kekuatan militernya untuk menghancurkan target-target besar di Seoul dan angkatan bersenjata Korsel" bila tentara Korsel terlibat aksi militer berbahaya seperti serangan preemtif. Tapi Korut tidak menjelaskan apa yang mereka maksud sebagai target besar Seoul.
Ketegangan di semenanjung Korea semakin memanas beberapa pekan terakhir setelah Korut menguji dua rudal balistik pada 24 Februari dan 4 Maret yang melibatkan sistem rudal jarak jauh atau ICBM yang sedang Korut kembangkan. Pekan lalu Pyongyang juga melakukan uji coba ICBM penuh pertama sejak 2017.
Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi pada lima entitas yang dituduh memberi bantuan pada Korut untuk mengembangkan senjata pemusnah massal dan program-program rudal balistiknya. Ketegangan semakin meningkat menjelang Yoon Suk-yeol yang terpilih sebagai presiden Korsel menjabat bulan depan.
Ia pernah mengatakan serangan preemptif mungkin satu-satunya cara untuk menyerang balik rudal hipersonik Korut yang baru bila Pyongyang siap menggelar serangan dadakan. Yoon mendorong deterensi militer seperti memperkuat hubungan dengan AS dan mengejar dialog tiga jalur antara Korsel, Korut dan AS.