REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia akan kembali meminta Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan untuk membahas “provokasi kriminal” oleh tentara dan radikal Ukraina terkait situasi di Bucha, sebuah kota dekat Kiev. Komunitas internasional dikejutkan dengan mayat-mayat warga sipil Bucha yang bergeletakan di jalan dan penemuan kuburan massal pasca pasukan Rusia meninggalkan daerah tersebut.
“Hari ini Rusia akan kembali menuntut agar Dewan Keamanan PBB bersidang sehubungan dengan provokasi kriminal prajurit dan radikal Ukraina di kota ini (Bucha),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova lewat saluran Telegram-nya pada Senin (4/4/2022).
Misi Inggris untuk PBB mengungkapkan, Dewan Keamanan PBB akan menggelar diskusi tentang Ukraina pada Selasa (5/4/2022), bukan Senin seperti yang diminta Rusia. Inggris merupakan pemegang kursi kepresidenan di Dewan Keamanan PBB bulan ini.
Kementerian Pertahanan Rusia telah bereaksi atas video yang menunjukkan mayat-mayat warga sipil Bucha bergeletakan di jalan. Mereka mengatakan, video atau gambar itu merupakan “pertunjukkan lain yang dipentaskan oleh rezim Kiev”. Moskow menuding Ukraina telah menyebarkan informasi palsu secara disengaja tentang angkatan bersenjata di Bucha.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia telah melakukan genosida di negaranya. Hal itu disampaikan setelah ditemukannya kuburan massal dan dugaan eksekusi warga sipil di dekat Kiev. “Ini adalah genosida. Penghapusan seluruh bangsa dan rakyat (Ukraina),” kata Zelensky saat diwawancara dalam program CBS Face the Nation, Ahad (3/4/2022).
Dia berpendapat, keengganan rakyat Ukraina untuk tunduk pada Rusia berujung pada aksi pembunuhan terhadap mereka. “Kami adalah warga negara Ukraina dan kami tidak ingin tunduk pada kebijakan Federasi Rusia. Inilah alasan mengapa kami dihancurkan dan dimusnahkan,” ucapnya.
Menurut Zelensky, peristiwa kelam ini terjadi di tanah Eropa pada abad ke-21. “Jadi ini adalah siksaan bagi seluruh bangsa,” katanya.