REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Vassily Nebenzia membantah segala tuduhan yang disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy di depan Dewan Keamanan (DK) PBB pada Selasa (5/4/2022). Dia mengatakan bahwa pasukan Rusia tidak menargetkan warga sipil, menolak tuduhan pembanaian sebagai kebohongan.
"Kami tidak menembak sasaran sipil untuk menyelamatkan sebanyak mungkin warga sipil. Inilah mengapa kami tidak maju secepat yang diharapkan," ujar Nebenzia.
Rusia mengatakan sedang melakukan operasi militer khusus yang bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur militer Ukraina dan denazifikasi. Moskow menyangkal menyerang warga sipil dan demokrasi parlementer.
"Saya berharap rekan-rekan kami dari Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak akan membiarkan diri mereka dimanipulasi dan bermain dengan Washington," kata Nebenzia.
Zelenskiyy melalui panggilan video di depan DK PBB, menuduh pasukan Rusia yang menyerang Ukraina dengan melakukan kejahatan perang paling mengerikan sejak Perang Dunia II. Dia menunjukkan video pendek dari tubuh yang terbakar, berlumuran darah, dan dimutilasi, termasuk anak-anak, di Irpin, Dymerka, Mariupol, dan Bucha.
"Kami berurusan dengan negara yang mengubah hak vetonya di Dewan Keamanan PBB menjadi hak untuk (menyebabkan) kematian," kata Zelenskiy dalam pidato dari ibu kota Ukraina, Kiev, mendesak reformasi badan dunia itu merujuk pada hak veto yang bisa digunakan Rusia.
Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Jun menyerukan verifikasi atas apa yang terjadi di Ukraina. Dia mengatakan sangat terganggu oleh gambar kematian warga sipil di Bucha. Sedangkan India mengutuk pembunuhan di Bucha dan menyerukan penyelidikan independen.
Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang di New York kemungkinan akan memberikan suara tentang langkah untuk menangguhkan Rusia pada Kamis (7/4/2022). Diperlukan dua pertiga mayoritas dari anggota pemilih yang hadir.
PBB mengatakan sekitar 11 juta orang Ukraina atau lebih dari seperempat populasi telah meninggalkan rumah mereka. Sedangkan lebih dari empat juta orang telah meninggalkan Ukraina. Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan sedikitnya 1.430 warga sipil telah meninggal dunia, termasuk lebih dari 121 anak-anak.
Baca juga : Peta Perang Berubah Saat Pasukan Rusia Mundur dari Beberapa Kota Ukraina