Kamis 07 Apr 2022 13:39 WIB

Soal Senjata Hipersonik, Australia Klaim untuk Pertahanan dan Perdamaian

Menurut Australia, AUKUS kembangkan rudal hipersonik untuk pertahanan dan perdamaian

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengklaim pengembangan rudal hipersonik dengan mitranya Amerika Serikat dan Inggris adalah bagian dari upaya pertahanan dan perdamaian. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/BRENDON THORNE
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengklaim pengembangan rudal hipersonik dengan mitranya Amerika Serikat dan Inggris adalah bagian dari upaya pertahanan dan perdamaian. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY - Keterlibatan Australia dalam pengembangan rudal hipersonik dengan mitranya Amerika Serikat dan Inggris adalah bagian dari upaya pertahanan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Demikian kata Perdana Menteri Scott Morrison, Rabu (6/4/2022).

Inggris, Amerika Serikat, dan Australia pada Selasa (5/4/2022) sepakat bekerja sama dalam pembuatan senjata hipersonik dan pengembangan kemampuan peperangan elektronik di bawah aliansi AUKUS, yang dibentuk ketiga negara itu pada September 2021. Morrison mengatakan kepada wartawan di Sydney bahwa rudal hipersonik, seperti halnya kemampuan siber, adalah sebuah kunci teknologi tempur modern.

Baca Juga

Ia menyatakan Australia ingin meningkatkan kemampuannya secara signifikan pada aspek tersebut. Saat ditanya apakah ada perkiraan bahwa China akan menyerang Taiwan dalam dekade berikutnya dan apakah Australia akan terlibat dalam perang apa pun, Morrison menjawab dia sedang membangun kemampuan pertahanan Australia untuk menghindari skenario semacam itu.

"Kami melakukan hal-hal ini untuk menjaga keamanan warga Australia. Kami melakukan hal-hal ini untuk menjaga keseimbangan dan kepastian strategis ke kawasan," katanya.

Morrison menambahkan bahwa upaya untuk menjaga keseimbangan di kawasan itu dilakukan termasuk dengan bekerja sama dalam aliansi AUKUS serta kelompok Dialog Keamanan Segiempat (Quad). Quad terdiri atas Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan India.

"Alasan kami berinvestasi dalam semua hal ini adalah untuk menciptakan lingkungan yang damai dan lingkungan yang stabil di kawasan, bukan lingkungan yang didorong oleh konflik," ujarnya.

Pada 2021, ketika pakta aliansi pertahanan AUKUS diumumkan, Australia membatalkan kontrak pembuatan kapal selam konvensional dengan Prancis demi program kapal selam nuklir yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris. Pembatalan itu mengganggu hubungan diplomatik Australia dan Prancis. Selain rencana untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir, Australia telah menyampaikan rencana untuk meningkatkan jumlah pasukan pertahanannya, mengajukan pesanan pembelian rudal, dan memesan sejumlah tank baru sebagai bagian dari peningkatan pengeluaran untuk pertahanan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement