Senin 11 Apr 2022 17:45 WIB

Stok Obat Sri Lanka Hampir Habis, Dokter Harus Memilih Siapa yang Dapat Perawatan

Sri Lanka hampir kehabisan obat, angka kematian bisa salip pandemi Covid-19.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Para pengunjuk rasa berlarian untuk berlindung ketika polisi menggunakan peluru gas air mata untuk membubarkan mereka selama protes di luar kediaman pribadi presiden Sri Lanka di pinggiran Kolombo, Sri Lanka, Kamis, 31 Maret 2022. Sri Lanka kini mengalami krisis obat hingga dikhawatirkan akan membuat banyak pasien tidak bisa bertahan hidup. Angka kematian diprediksi bisa menyalip korban pandemi Covid-19.
Foto:

Para pemimpin bisnis bergabung ikut menyerukan agar presiden mundur. Mereka mengatakan bahwa kekurangan bahan bakar berkepanjangan telah membuat mereka kehabisan uang.

Sementara itu, pemerintah Rajapaksa sedang mencari dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membantu membebaskan Sri Lanka dari krisis. Sejauh ini, krisis telah membuat meroketnya harga pangan dan jatuhnya nilai mata uang lokal hingga sepertiga dalam sebulan terakhir.

Pejabat Kementerian Keuangan mengatakan, pemegang obligasi negara dan kreditur lainnya mungkin harus memangkas simpanannya karena pemerintah berusaha untuk merestrukturisasi utangnya. Menteri Keuangan Ali Sabry mengatakan kepada parlemen pada Jumat lalu bahwa pihaknya mengharapkan tiga miliar dolar AS dari IMF untuk mendukung neraca pembayaran dalam tiga tahun ke depan.

Kekurangan mata uang asing telah membuat Sri Lanka berjuang untuk melunasi utang luar negerinya yang membengkak sebesar 51 miliar dolar AS. Ini diperparah dengan pandemi yang merusak pendapatan vital dari pariwisata dan pengiriman uang.

Para ekonom mengatakan, krisis Sri Lanka telah diperburuk oleh salah urus pemerintah. Akumulasi pinjaman selama bertahun-tahun dan pemotongan pajak yang keliru juga menjadi penyebab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement