REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal menyebut peperangan yang tengah terjadi di Ukraina tak ubahnya sebuah tragedi kemanusiaan. Untuk itu ia meminta semua pihak bijak dan berempati mengingat warga sipil, yakni perempuan dan anak-anak ikut tewas menjadi korban.
Dino menyerukan hal tersebut dalam acara webinar “Ask Ambassador Anything”, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI). Bersama Dino hadir Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin.
“Sadarlah, ini bukan pertandingan bola di mana kita mendukung jagoan kita untuk menang, dan menjatuhkan lawan tim jagoan kita. Ini tragedi kemanusiaan, pelanggaran dan penindasan atas kedaulatan suatu negara oleh negara lain," kata Dino.
Karena itu , Dino berharap semua pihak bisa berempati dan lebih bijak dalam menyikapi tragedi perang tersebut. “Sepuluh tahun dari sekarang, saya yakin tragedi ini akan dicatat sejarah, akan menandai perjuangan heroik Ukraina dan menjadi keputusan terburuk yang pernah Rusia buat,” klaim diplomat termuka tersebut.
Dino mengajak peserta webinar untuk merenungkan seandainya gempuran sedahsyat itu menimpa Jakarta atau Jabodetabek, jantung Indonesia. “Bayangkan jika sepersepuluh penduduk Indonesia harus menjadi pengungsi, karena hal itulah yang terjadi di Ukraina saat ini,” kata dia.
Menurut Dino, jika hal itu terjadi di sini, yang akan dilakukan dirinya adalah bersuara lantang. “Saya akan menyuarakan kondisi yang terjadi di lapangan, melaporkan segala kabar dan informasi terkini. Terlebih lagi saya seorang diplomat. Dan ini seperti yang teman saya, Pak Vasyl, lakukan. Berjuang keras untuk negaranya tak kenal lelah memperjuangkan kedaulatan negaranya melalui kanal lain, meskipun tidak turun di medan perang,” kata dia.
Sementara Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, sepakat dengan pernyataan Dino agar semua membuka hati dan berempati. Ia juga menegaskan, invasi Rusia ke negaranya merupakan agresi terbesar di generasi ini, dengan negara yang memiliki teritori terluas di dunia, dilengkapi senjata nuklir, kekuatan militer yang besar dan kuat.
“Belum lagi sang agresor ini juga merupakan anggota permanen dari Dewan Keamanan PBB, yang harusnya turut menjaga keamanan dunia,” kata Vasyl.
Vasyl mengatakan, sekitar 200 juta jiwa terlibat dalam fenomena bencana perang tersebut. “Terdapat negara-negara lain di luar Rusia dan Ukraina yang terdampak perang ini,” kata dia.
Vasyl menunjuk kelangkaan pasokan minyak dan melonjaknya harga minyak dan pangan, yang juga melanda Amerika Serikat dan banyak negara Eropa. “Yang saya khawatirkan adalah kelangkaan pangan, karena Ukraina merupakan salah satu pemasok gandum dan jagung terbesar dunia,” katanya, seraya mengatakan berharap agar hal itu tidak terjadi.
Namun jika perang tak berangsur membaik atau berhenti hingga musim semi atau panas yang akan datang, yang menghadang di depan adalah bencana pangan bagi negara-negara Afrika dan Asia. “Jadi, ini merupakan fenomena global,” kata dia.
Dikutip dari Antara, Rusia tampaknya belum akan mengendurkan niatan mereka di Ukraina yang sudah berjalan selama beberapa pekan terakhir ini. Kementerian pertahanan Rusia berjanji akan melancarkan lebih banyak serangan terhadap ibu kota Ukraina, Kiev, sebagai respons dari serangan Ukraina atas target-target Rusia.
Kemenhan Rusia pada Jumat (15/6/2022) mengatakan telah menyerang target militer di perbatasan Kota Kiev pada malam hari dengan rudal jelajah.
Kemenhan Rusia menyebutkan bahwa mereka juga telah mengambil kendali penuh atas Pabrik Baja Ilyich di kota pelabuhan Mariupol, yang telah dikepung oleh pasukan Rusia selama beberapa pekan. Ledakan-ledakan besar terdengar di Kiev pada Jumat.