REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pejabat Provinsi KwaZulu-Natal (KZN), Afrika Selatan mengatakan banjir menewaskan 443 orang dan kerugian yang disebabkan ditaksir sekitar 10 miliar rand atau 684,58 juta dolar AS. Sementara tim penyelamat masih mencari orang hilang.
Diperkirakan hujan lebat masih akan mengguyur provisi tersebut. Banjir menyebabkan ribuan orang kehilangan rumah, tidak memiliki aliran listrik dan air. Bencana ini juga mengganggu operasi salah satu pelabuhan paling sibuk di Afrika, Durban.
Pejabat Provinsi KZN yang bertanggung jawab pada pembangunan ekonomi, pariwisata dan lingkungan Ravi Pillay mengatakan korban jiwa bertambah lebih dari 400 orang. Sekitar 40 sampai 50 orang belum dihitung.
"(Kerugiannya) pada titik ini lebih dari 10 miliar," kata Pillay pada stasiun televisi Newzroom Afrika, Ahad (17/4/2022).
Stasiun televisi SABC pada Sabtu (16/4/2022) memperkirakan jumlah korban jiwa mencapai 398 orang, sementara 27 orang masih dinyatakan hilang. Kantor Presiden Cyril Ramaphosa mengeluarkan pernyataan yang mengatakan ia menunda kunjungan kerja ke Arab Saudi untuk fokus menanggulangi bencana.
Ramaphosa dilaporkan akan menggelar rapat dengan menteri-menterinya untuk mengasesmen respons krisis ini. Pillay mengatakan tingkat okupansi sejumlah hotel di KZN jelang pekan Paskah mencapai 70 persen tapi banyak yang membatalkannya. Ia memperkirakan sekitar 30 persen membatalkan pesanan kamar.
"Ini sangat disayangkan karena, kami baru saja bangkit dari 2,5 tahun yang sangat traumatis, dan angka pariwisata kami sebenarnya tumbuh dengan sangat baik pada bulan Januari, Februari, dan Maret," katanya.
"Kami menantikan Paskah yang terkenal itu, tapi itu terjadi jadi," tambahnya.