REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan telah mengundang Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengunjungi Ukraina guna melihat bukti bahwa pasukan Rusia telah melakukan "genosida". Diketahui bahwa genosida adalah sebuah istilah yang dihindari Macron.
"Saya berbicara dengannya kemarin," kata Zelenskiy kepada CNN yang disiarkan pada 17 April.
Zelenskiy menyebutkan baru saja mengatakan kepada Macron bahwa dirinya ingin pemimpin Prancis itu mengerti bahwa yang terjadi di Ukraina bukanlah perang, melainkan genosida. Zelenskiy mengundang Macron untuk datang ketika dia ada kesempatan. “Dia akan datang dan melihat, dan saya yakin dia akan mengerti,” lanjut Zelenskiy, seperti dilansir laman RFERL, Senin (18/4/2022).
Macron saat ini berada di tengah kampanye pemilihan yang memanas melawan politikus sayap kanan Marine Le Pen. Putaran kedua dalam pemungutan suara ditetapkan pada 24 April.
Adapun Zelenskiy juga mengaku percaya bahwa Presiden AS Joe Biden harus mengunjungi negaranya dan melihat beberapa titik. Meski demikian, Gedung Putih mengatakan tidak ada rencana dakam waktu dekat bagi presiden berusia 79 tahun itu untuk melakukan perjalanan yang berpotensi memiliki risiko.
"Saya pikir dia akan datang Tapi itu keputusannya, tentu saja, dan tentang situasi keamanan, itu tergantung. Tapi saya pikir dia adalah pemimpin Amerika Serikat, dan itulah mengapa dia harus datang ke sini untuk melihatnya,” kata Zelenskiy.
Gedung Putih dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk mengirim pejabat tinggi lainnya ke Ukraina, seperti Menteri Luar Negeri Antony Blinken atau Menteri Pertahanan Lloyd Austin. Biden pada 13 April mengatakan pemerintahannya akan segera memutuskan masalah ini.
Daftar pemimpin Eropa yang mengunjungi Kiev dalam beberapa pekan terakhir terus bertambah, dan yang paling terkenal adalah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Johnson melakukan perjalanan ke kota Bucha, Ukraina, di mana para pejabat mengatakan ratusan warga sipil "ditembak di jalan-jalan" oleh pasukan Rusia.
Setelah kunjungannya ke kota yang hancur di luar Kiev, Johnson mengatakan bukti pembantaian oleh pasukan Rusia "tidak terlihat berbeda jauh dari genosida bagi dirinya”.