REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pasukan Rusia akan merebut benteng terakhir pertahanan Kota Mariupol pada Kamis (21/4/2022) ini. Hal ini disampaikan setelah Ukraina mengusulkan perundingan untuk mengevakuasi pasukan dan warga sipil di kota itu.
Mariupol akan menjadi kota terbesar yang Rusia rebut sejak invasinya ke Ukraina delapan pekan lalu. Upaya untuk menguasai kota itu lebih lama dari perkiraan para paka militer. Invasi tersebut memaksa lima juta warga Ukraina mengungsi dan mengubah kota-kota menjadi reruntuhan.
"Sebelum makan siang atau setelah makan siang, (pabrik besi) Azovstal akan sepenuhnya dikuasai pasukan Federasi Rusia," kata kepala Republik Chechnya, Rusia, Ramzan Kadyrov yang pasukannya ia berperang di Ukraina.
Kementerian Pertahanan Ukraina belum menanggapi permintaan komentar. Pada Kamis dini hari staf jenderal Ukraina mengatakan serangan rudal dan bom masih berlanjut di seluruh negeri.
Mariupol menjadi kota yang paling banyak diserang selama invasi Rusia. Bila Moskow berhasil menguasainya maka akan menjadi kemenangan strategis besar bagi mereka dan akan terhubung dengan daerah yang dikuasai separatis pro-Rusia di timur Krimea yang Rusia aneksasi 2014 lalu.
Saksi mata mengatakan puluhan warga sipil berhasil meninggalkan kota dengan konvoi bus-bus kecil. Komandan militer Ukraina Serhiy Volny mengatakan pasukan di Azovstal mungkin tidak dapat bertahan lebih lama.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan terdapat sekitar 1.000 warga sipil yang berlindung di sana. Di media sosial Twitter negosiator Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan negaranya siap menggelar "negosiasi putaran khusus" tanpa syarat "untuk menyelamatkan orang-orang kami, militer,sipil, anak-anak, yang hidup dan terluka."
Kiev mengusulkan menukar tahanan perang Rusia dengan jalur aman bagi warga sipil dan pasukan yang terjebak. Belum diketahui apakah Rusia akan menanggapi tawaran negosiasi khusus. Pasukan Ukraina masih bertahan di pabrik baja dan mengabaikan ultimatum Rusia.