REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang dan Rusia mencapai kesepakatan tentang kuota penangkapan ikan Tokyo untuk menangkap salmon dan trout yang lahir di sungai Rusia. Badan perikanan Jepang pada Sabtu (23/4/2022) mengatakan kesepakatan ini dilakukan di tengah buruknya hubungan karena krisis di Ukraina.
Dengan putusnya hubungan Rusia-Jepang, nasib pembicaraan tahunan antara kedua pemerintah tahun ini membayangi mata pencaharian para nelayan Jepang di wilayah utara di sekitar pulau-pulau yang disengketakan. Tetapi kedua negara menyetujui kuota Jepang sebesar 2.050 ton salmon dan trout dalam zona ekonomi eksklusifnya sendiri untuk tahun ini
Jumlah yang disepakati sama seperti tahun lalu. Jepang akan membayar biaya ke Rusia antara 200 juta yen (1,56 juta dolar AS) dan 300 juta yen, tergantung pada tangkapan sebenarnya.
Negosiasi penangkapan ikan tahunan dimulai bulan ini dengan ketegangan antara Tokyo dan Moskow yang memanas. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Jepang memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Moskow, mengusir beberapa diplomat dan mengakhiri status negara yang paling disukai Rusia.
Negosiasi salmon-trout ini sudah dimulai sejak 1957 dan biasanya berakhir pada Maret, menyisakan banyak waktu sebelum dimulainya musim penangkapan ikan dengan jaring apung pada tanggal 10 April. Perundingan tersebut telah lama disebut-sebut sebagai satu-satunya saluran diplomatik yang tetap terjaga di antara dua negara, bahkan melalui era Perang Dingin. Nelayan Jepang diizinkan menangkap salmon dan trout yang lahir di Sungai Amur.
Musim penangkapan ikan tahunan dengan jaring apung untuk salmon dan trout di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang berlangsung dari April hingga Juni. Tokyo memerlukan izin Moskow untuk menangkap ikan bahkan di dalam ZEE-nya sendiri karena kesepakatan bersama yang memberikan hak kepada ikan untuk negara asal.