Gangguan selama dua tahun akibat pandemi dan melonjaknya harga energi yang diperparah oleh perang Ukraina melambungkan masalah ekonomi dalam masa kampanye pemilihan presiden. Kenaikan biaya hidup telah menjadi beban yang menanjak bagi kelompok termiskin di negara itu.
"Dia perlu lebih dekat dengan orang-orang dan mendengarkan mereka," kata pekerja penjualan digital Virginie pada pertemuan kemenangan Macron.
Macron dapat mengharapkan sedikit atau tidak ada masa tenggang di negara yang perpecahan politiknya telah terungkap melalui pemilihan umum dengan partai-partai radikal mendapat perolehan suara cukup baik. "Akan ada kesinambungan dalam kebijakan pemerintah karena presiden telah dipilih kembali. Tapi kami juga mendengar pesan rakyat Prancis," kata Menteri Kesehatan Olivier Veran.
Kemenangan Macron di luar Prancis, dipuji sebagai penangguhan hukuman untuk politik arus utama yang diguncang dalam beberapa tahun terakhir. Keputusan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pemilihan Donald Trump 2016, dan kebangkitan generasi baru pemimpin nasionalis menjadi tantangan bagi negara itu.
"Bravo Emmanuel. Dalam periode yang bergejolak ini, kita membutuhkan Eropa yang solid dan Prancis yang benar-benar berkomitmen untuk Uni Eropa yang lebih berdaulat dan lebih strategis," ujar Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Twitter.
"Pasar keuangan akan bernapas lega secara kolektif setelah kemenangan pemilihan Macron," kata Kepala Strategi di Principal Global Investors Seema Shah.
Tapi, nasib Macron sekarang akan tergantung pada pemilihan parlemen yang akan datang. Le Pen menginginkan aliansi nasionalis dalam sebuah langkah yang meningkatkan kemungkinan bekerja dengan saingan sayap kanan seperti Eric Zemmour dan keponakannya, Marion Marechal.
Jean-Luc Melenchon yang berhaluan keras, yang sejauh ini muncul sebagai kekuatan terkuat di kiri politik Prancis, mengatakan bahwa dia layak menjadi perdana menteri. Permintaan ini akan memaksa Macron melakukan kerja sama yang canggung dan rawan kebuntuan.
"Melenchon sebagai perdana menteri. Itu akan menyenangkan. Macron akan marah, tapi itu intinya," kata direktur teknis di teater Paris Philippe Lagrue yang memilih Macron di putaran kedua setelah mendukung Melenchon di putaran pertama.