Jumat 29 Apr 2022 03:25 WIB

Penduduk Kherson Khawatir Rusia akan Gelar Referendum

Referendum berencana mengubah wilayah Kherson menjadi 'republik rakyat' pro Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang mengibarkan bendera Ukraina selama demonstrasi menentang pendudukan Rusia di Kherson, Ukraina, Sabtu, 5 Maret 2022.
Foto: AP Photo/Olexandr Chornyi
Orang-orang mengibarkan bendera Ukraina selama demonstrasi menentang pendudukan Rusia di Kherson, Ukraina, Sabtu, 5 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Rusia telah menduduki Kota Kherson yang strategis di Ukraina selatan pada awal Maret. Sejak itu, penduduk setempat khawatir Rusia  memiliki rencana khusus untuk kota mereka. 

Ukraina memperingatkan bahwa, Rusia berencana untuk mengadakan referendum palsu dengan mengubah wilayah Kherson menjadi "republik rakyat" yang pro Moskow. Kherson merupakan kota besar yang memiliki industri pembuatan kapal terbesar. Kota ini terletak di pertemuan Sungai Dnieper dan Laut Hitam dekat Krimea yang dicaplok Rusia. Seorang warga Kherson, Olga, mengatakan, pasukan Rusia mencoba memberi kesan bahwa mereka datang dengan damai.

Baca Juga

“Para prajurit berpatroli dan berjalan tanpa suara.  Mereka tidak menembak orang di jalanan,” kata Olga, yang berprofesi sebagai seorang guru. 

Warga lainnya, Alexander, mengatakan, tidak ada kepanikan ketika Rusia menduduki Kherson. Orang-orang justri saling membantu. "Ada sekelompok kecil orang yang senang bahwa, Kherson berada di bawah kendali Rusia. Tetapi kebanyakan, tidak ada yang ingin Kherson menjadi bagian dari Rusia," ujarnya.

Setelah Rusia menduduki Kherson dan wilayah sekitarnya, semua akses terputus. Kherson sekarang menderita kekurangan obat-obatan, uang tunai, susu, dan produk makanan lainnya. Para pejabat Ukraina memperingatkan, wilayah itu dapat menghadapi “,bencana kemanusiaan.

Rusia telah memblokir semua bantuan kemanusiaan kecuali bantuan dari negaranya sendiri. Bantuan tersebut dikirimkan oleh pasukan Rusia di depan kamera televusi pemerintah. Namun banyak penduduk setempat menolak bantuan tersebut.  

Tanpa pengiriman uang tunai ke bank Kherson, peredaran mata uang hryvnia Ukraina berkurang. Sementara jaringan komunikasi yang rusak menyebabkan pembayaran kartu kredit sering gagal  Akses ke televisi Ukraina telah diblokir dan digantikan oleh saluran negara Rusia.  Jam malam yang ketat juga telah diberlakukan.

Penduduk percaya pasukan Rusia belum mengepung atau meneror kota, seperti yang mereka lakukan di Bucha dan Mariupol. Rusia berencana mengadakan referendum untuk menciptakan apa yang disebut "Republik Rakyat Kherson" seperti wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri di timur Ukraina. 

Dalam pidatonya pada Jumat (22/4/2022) lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia merencanakan referendum di Kota Kherson. Dia mendesak penduduk untuk berhati-hati dengan data pribadi yang mereka berikan kepada tentara Rusia. 

“Ini adalah kenyataan. Hati-hati,” kata Zelenskyy.

 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement