REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru berada di tahap akhir pemberantasan penyakit yang mematikan bagi 10 juta ternak. Negara itu telah melakukan pemberantasan selama empat tahun yang menelan biaya ratusan juta dolar dan mengakibatkan lebih dari 175.000 sapi mati.
O'Connor mengatakan itu merupakan proses traumatis bagi para petani yang terkena dampak. Jika infeksi ditemukan di peternakan, bahkan sapi yang sehat pun harus dimatikan untuk memastikan penyakit itu dibasmi.
Pertanian adalah penghasil ekspor terbesar dan vital bagi perekonomian Selandia Baru. Ketika Mycoplasma bovis pertama kali ditemukan di negara itu pada 2017, memicu tanggapan besar dari pemerintah yang menyimpulkan bahwa hanya ada satu kesempatan untuk melenyapkan penyakit tersebut sebelum menyebar luas.
Penyakit yang ditemukan pada sapi di Amerika Serikat dan Eropa berasal dari Mycoplasma bovis. Bakteri jenis itu adalah bakteri yang dapat menyebabkan sapi menderita mastitis, radang paru-paru, radang sendi, dan kondisi menyakitkan lainnya.
Bakteri tersebut tidak dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan pangan. Namun penyakit yang ditimbulkan pada sapi dapat menyebabkan penderitaan dan mengakibatkan penurunan produksi susu dan daging.
O'Connor mengatakan peternakan terakhir dengan penyakit itu adalah tempat pakan ternak dengan ternak datang untuk digemukkan sebelum disembelih. Dia mengatakan pertanian akan dibersihkan dari penyakit akhir tahun ini. Selanjutnya, penyakit ini akan terus dipantau selama beberapa bulan untuk menyatakan bahwa bakteri itu telah hilang,
Menurut O'Connor, tindakan Selandia Baru adalah terobosan. "Ini sangat signifikan, dan saya pikir ada negara lain yang memiliki M. bovis yang akan mencari tahu lebih banyak tentang pilihan mereka untuk memberantas juga," ujarnya.
O'Connor mengatakan biaya akhir untuk program pemberantasan kemungkinan akan sedikit di bawah anggaran 886 juta dolar Selandia Baru. Dana tersebut digunakan untuk operasi, pengawasan, dan kompensasi. Pemerintah mengambil sebagian besar pengeluaran, dengan petani dan industri ternak juga berkontribusi.
Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan kemitraan pemerintah dengan industri pertanian sangat penting untuk keberhasilan program. "Ketika kami mengambil satu kesempatan untuk membasmi, kami melakukannya untuk melindungi kawanan nasional kami dari penyakit yang menyakitkan, ekonomi kami dari goncangan tajam, dan komunitas pedesaan kami dari kecemasan yang meluas," katanya.
Selandia Baru memiliki 6,3 juta sapi perah dan 4 juta sapi potong, sehingga jumlah ternaknya dua kali lipat dari populasi manusia. Produk susu mewakili ekspor tunggal terbesar negara itu, dengan sebagian besar dijual ke China untuk digunakan dalam susu formula bayi.