Senin 09 May 2022 16:17 WIB

Uni Eropa Harus Pertimbangkan Sita Cadangan Rusia untuk Bangun Ukraina

Eropa dan Barat membatasi cadangan internasional bank sentral Rusia sejak invasi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM Bank Alfa di Moskow, Rusia, Minggu, 27 Februari 2022. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bloknya harus mempertimbangkan menyita cadangan devisa Rusia yang dibekukan untuk membantu membiayai pembangunan Ukraina pasca-perang.
Foto: AP/Victor Berzkin
Orang-orang mengantre untuk menarik uang dari ATM Bank Alfa di Moskow, Rusia, Minggu, 27 Februari 2022. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bloknya harus mempertimbangkan menyita cadangan devisa Rusia yang dibekukan untuk membantu membiayai pembangunan Ukraina pasca-perang.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bloknya harus mempertimbangkan menyita cadangan devisa Rusia yang dibekukan untuk membantu membiayai pembangunan Ukraina pascaperang. Hal ini ia sampaikan dalam wawancara dengan surat kabar the Financial Times.

Uni Eropa dan sekutu-sekutu Barat membatasi cadangan internasional bank sentral Rusia sejak negara itu menginvasi Ukraina. Serangan yang Moskow sebut sebagai "operasi militer khusus".

Baca Juga

Pada the Financial Times, Borrell mengatakan masuk akal bagi Uni Eropa melakukan apa yang dilakukan Amerika Serikat (AS) pada aset-aset bank sentral Afghanistan. Setelah Taliban menguasai pemerintahan negara itu.

"Kami memiliki uangnya di kantor kami, dan seseorang harus menjelaskan pada saya mengapa baik untuk menggunakan uang orang Afghanistan dan tidak baik menggunakan uang orang Rusia," kata Borrell, Senin (9/5/2022).

Washington membekukan aset Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan dengan militer. AS berencana menggunakan uang itu untuk membantu rakyat Afghanistan sambil mempertahankan sisanya untuk membiayai gugatan hukum yang mungkin diajukan Taliban. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement