Selasa 10 May 2022 08:20 WIB

Aset Oligarki Rusia Dibidik untuk Restrukturisasi Ukraina

Aset oligarki Rusia bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali Ukraina yang hancur

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, Uni Eropa harus menyita aset milik para oligarki Rusia yang telah dibekukan. Menurutnya, aset tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali Ukraina yang hancur akibat serangan Rusia.
Foto: AP/Geert Vanden Wijngaert/Pool AP
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, Uni Eropa harus menyita aset milik para oligarki Rusia yang telah dibekukan. Menurutnya, aset tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali Ukraina yang hancur akibat serangan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Ketua Dewan Eropa Charles Michel mengatakan, Uni Eropa harus menyita aset milik para oligarki Rusia yang telah dibekukan. Menurutnya, aset tersebut bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali Ukraina yang hancur akibat serangan Rusia.

“Kami juga telah membekukan aset banyak oligarki. Secara pribadi, saya pikir kami juga harus mencoba menyita aset-aset ini untuk menyediakan sarana serta uang untuk pembangunan kembali negara (Ukraina)," ucap Michel saat berkunjung ke Odessa, Ukraina, Senin (9/5/2022), dikutip Anadolu Agency.

Pada kesempatan itu, dia turut menyampaikan tentang perlunya melakukan segala upaya untuk menghancurkan “mesin perang” Rusia. Salah satunya adalah dengan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Terkait hal tersebut, Michel menyinggung keputusan Uni Eropa untuk mengakhiri ketergantungannya pada pasokan gas Rusia. Sebab dengan langkah demikian, perhimpunan Benua Biru tak perlu lagi mengimpor energi dari Moskow.

Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengungkapkan, Uni Eropa bisa mempertimbangkan penggunaan aset oligarki Rusia yang dibekukan dan disita untuk Ukraina. "Saya akan sangat mendukung karena ini penuh dengan logika," katanya dalam sebuah wawancara dengan Financial Times.

Menurut Borrell dibutuhkan jumlah uang yang luar biasa untuk membangun kembali Ukraina. Dia berpendapat, metode "kompensasi perang" dari Rusia harus didiskusikan.

Serangan Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari lalu. Sejauh ini, agresi Rusia dilaporkan telah membunuh lebih dari 3.300 warga sipil di Ukraina. Jumlah aslinya diperkirakan jauh lebih tinggi. Konflik pun telah menyebabkan lebih dari 5,8 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Hal itu menjadi krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement