Sabtu 14 May 2022 15:22 WIB

Biden dan Raja Yordania Bahas Upaya Turunkan Ketegangan di Tepi Barat

Status quo di Haram al-Sharif atau Temple Mount dinilai perlu dipertahakan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andri Saubani
Warga Palestina mengepung jenazah jurnalis veteran Al-Jazeera Shireen Abu Akleh yang terbungkus bendera Palestina, saat dibawa ke kantor saluran berita di kota Ramallah, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.
Foto: Abbas Momani/Pool via AP
Warga Palestina mengepung jenazah jurnalis veteran Al-Jazeera Shireen Abu Akleh yang terbungkus bendera Palestina, saat dibawa ke kantor saluran berita di kota Ramallah, Tepi Barat, Rabu, 11 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Raja Yordania Abdullah II pada Jumat (13/5/2022) membahas ketegangan di wilayah pendudukan Tepi Barat. Para pemimpin berkonsultasi tentang upaya untuk membendung kekerasan, menenangkan retorika dan mengurangi ketegangan di Israel dan Tepi Barat.

"Presiden menegaskan dukungan kuatnya untuk solusi dua negara, untuk konflik Israel-Palestina dan menyebutkan perlunya mempertahankan status quo bersejarah di Haram al-Sharif atau Temple Mount," kata pernyataan Gedung Putih, dilansir Anadolu Agency, Sabtu (14/5/2022).

Baca Juga

Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden juga mengakui peran penting Kerajaan Hashemite Yordania sebagai penjaga tempat-tempat suci Muslim di Yerusalem. Biden dan Abdullah juga membahas manfaat politik dan ekonomi dari integrasi regional mengenai masalah proyek infrastruktur, energi, air dan iklim. Gedung Putih menggambarkan Yordania sebagai pusat penting untuk kerja sama dan investasi semacam itu.

Raja Yordania sedang melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Sebelum bertemu Biden  Raja Yordania Abdullah II mengunjungi Pentagon, pada Kamis (12/5/2022). Kunjungannya ke Pentagon disambut Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin.

Sebelum memasuki gedung, Raja Abdullah II disambut dengan upacara penghormatan di luar Pentagon. Setelah itu, dia dan Austin, didampingi delegasi masing-masing melangsungkan pertemuan tertutup. Pada kesempatan itu, Austin dan Raja Abdullah II membahas berbagai isu dan tantangan keamanan yang dihadapi kedua negara.

“Kemitraan kami dengan Yordania lebih penting dari sebelumnya. Dan itu karena persahabatan lama kami, serta ancaman yang kami hadapi saat ini, termasuk dukungan Iran untuk terorisme, maraknya penyelundupan narkoba di Levant, dan ancaman berkelanjutan dari organisasi ekstremis kekerasan seperti ISIS,” kata Austin.

Austin dan Raja Abdullah II turut membahas tentang konflik di Ukraina dan eskalasi kekerasan baru-baru ini di Yerusalem Timur. Yordania diketahui merupakan pihak yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab sebagai penjaga situs-situs suci keagamaan di Yerusalem Timur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement