Kamis 19 May 2022 17:25 WIB

Perdana Menteri Italia Desak Gencatan Senjata di Ukraina

PM Italia desak gencatan senjata agar negosiasi untuk akhiri perang bisa dimulai

Perdana Menteri Italia Mario Draghi mendesak gencatan senjata di Ukraina agar negosiasi serius untuk mengakhiri perang dapat dimulai.
Foto: AP/Gregorio Borgia
Perdana Menteri Italia Mario Draghi mendesak gencatan senjata di Ukraina agar negosiasi serius untuk mengakhiri perang dapat dimulai.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Perdana Menteri Italia Mario Draghi mendesak gencatan senjata di Ukraina agar negosiasi serius untuk mengakhiri perang dapat dimulai. Ia mengatakan Italia akan terus mendukung Ukraina tanpa mengesampingkan pasokan senjata.

Draghi yang mengambil sikap keras pada Rusia sejak invasi 24 Februari lalu mengatakan penting untuk mempertahankan tekanan ekonomi pada Moskow.  "Karena kami telah membawa Moskow ke meja negosiasi," katanya, Kamis (19/5/2022).

Baca Juga

"Gencatan senjata harus diraih secepat mungkin," kata Draghi pada Senat Italia di Roma dalam pembukaan debat perang Italia dalam perang Ukraina yang memicu ketegangan dalam pemerintahannya.

Drgahi tidak menyampaikan dengan langsung apakah Italia akan terus memasok senjata ke Kiev. Langkah yang ditolak partai 5-Star Movement dan Partai League dari sayap kanan, pemiliki suara terbanyak di koalisi multi-partai Draghi.

Namun ia mengindikasi ia tidak siap mengesampingkan pengiriman senjata berikutnya. Sejauh ini Italia mengadopsi tiga dekrit pengiriman senjata tapi pemerintah tidak mengungkapkan jenis senjata yang dipasok.

"Italia akan terus mendukung pemerintah Ukraina dalam upaya melawan invasi Rusia, kami akan melakukannya dengan berkoordinasi erat dengan mitra-mitra Eropa kami," katanya.

Jajak pendapat menunjukkan langkah memasok bantuan militer hanya dapat sedikit dukungan masyarakat Italia. Perdana menteri mengatakan Italia dapat mempromosikan penyelesaian perang melalui negosiasi tapi kesepakatan harus didukung penuh Ukraina agar berkelanjutan.

Pernyataan Draghi disampaikan saat semakin banyak pasukan Ukraina yang menyerah di Kota Mariupol. Kota penting yang menopang bagian selatan Ukraina.

Moskow menyebut invasinya sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi dan mendenazifikasi negara tetangganya. Kiev dan Barat membantahnya dengan mengatakan hal itu hanya alasan Rusia menggelar invasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement