Kamis 09 Jun 2022 23:55 WIB

Kongo Tuduh Rwanda Kirim Pasukan Khusus

Kongo menuduh Rwanda mengirim 500 pasukan khususnya untuk menyusup

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi tentara berpatroli di sekitar Desa Kingi, Distrik Musanze, Rwanda yang sering menjadi sasaran penyerangan pemberontak FDLR. Desa Kingi kembali mendapat serangan oleh kelompok tak dikenal pada Sabtu (5/10/2019).
Foto: EPA/Ricky Gare
Ilustrasi tentara berpatroli di sekitar Desa Kingi, Distrik Musanze, Rwanda yang sering menjadi sasaran penyerangan pemberontak FDLR. Desa Kingi kembali mendapat serangan oleh kelompok tak dikenal pada Sabtu (5/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, GOMA -- Angkatan Bersenjata Republik Demokratik Kongo menuduh Rwanda mengirim 500 pasukan khususnya untuk menyusup ke wilayah Kongo. Tuduhan terbaru yang meningkatkan ketegangan antara dua negara bertetangga.

Pada Kamis (9/6/2022) juru bicara tentara Rwanda mengatakan tuduhan itu merupakan cerita palsu. Juru bicara pemerintah Rwanda mengatakan pihaknya tidak akan merespon tuduhan tanpa dasar.

Dalam pernyataannya militer Kongo mengatakan 500 pasukan khusus Rwanda mengenakan seragam hijau-hitam yang bukan seragam resmi mereka masuk ke wilayah Tshanzu di Provinsi Kivu Utara. Perbatasan Kongo-Rwanda.

Kongo meminta masyarakat setempat waspada dan mengungkapkan bila melihat seragam hijau-hitam. Kongo menuduh Rwanda aktif mendukung kelompok pemberontak M23 yang menggelar serangan di perbatasan timur Kongo sejak menguasai banyak wilayah pada 2012 dan 2013.

Rwanda membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh tentara Kongo melepaskan tembakan ke wilayah dan berperang bersama FDLR. Kelompok bersenjata etnis Hutu yang melarikan diri dari Rwanda usai genosida tahun 1994.

Dalam pernyataannya angkatan bersenjata Kongo juga mengatakan pemberontak M23 yang didukung Rwanda menyerang pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah Rutshuru yang juga terletak di Kivu Utara. Serangan itu melukai tiga pasukan penjaga perdamaian dari Tanzania.

Misi PBB di Kongo belum menanggapi permintaan komentar mengenai hal itu. Perang terakhir di Kongo timur memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka di wilayah yang tidak banyak jeda perang sejak invasi Rwanda dan Uganda pada tahun 1996.

M23 merupakan pemberontakan terbaru dari etnis Tutsi yang melawan pasukan Kongo. Mereka mengklaim membela kepentingan Tutsi melawan milisi etnis Hutu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement