Rabu 15 Jun 2022 18:03 WIB

Israel akan Jadi Pemasok Gas Baru untuk Eropa

Selama ini, gas Israel hanya melayani pasar lokal dan negara tetangga.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Fasilitas LNG (ilustrasi)
Foto: Photo: Business Wire
Fasilitas LNG (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Uni Eropa akan menandatangani kesepakatan pasokan gas alam dengan Israel dan Mesir. Itu menjadi bagian dari strategi perhimpunan Benua Biru untuk memangkas ketergantungan energinya dari Rusia.

"Saya sangat bersyukur bahwa kita sekarang sedang mendiskusikan proyek yang menarik ini - bahwa Anda bersedia untuk meningkatkan pengiriman gas ke Uni Eropa melalui Mesir," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen setelah bertemu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett di Yerusalem Barat, Selasa (14/6/2022), dilaporkan Bloomberg.

Baca Juga

Von der Leyen menekankan, proyek tersebut memiliki nilai sangat penting. “Tapi kita tahu bahwa seiring waktu, kita harus bersama-sama mengeksplorasi penggunaan infrastruktur untuk energi terbarukan,” ucapnya.

Kementerian Energi Israel menyambut kesepakatan yang hendak dijalinnya dengan Uni Eropa. Menurut mereka, kesepakatan tersebut membuka pintu pertama yang memungkinkan Israel mengekspor gas secara signifikan ke Benua Biru. Menurut Kementerian Energi Israel, kesepakatan kerangka kerja akan ditandatangani Israel, Uni Eropa, dan Mesir.

Von der Leyen dijadwalkan berkunjung ke Mesir pada Rabu (15/6/2022). Menteri Energi Israel Karine Elharrar juga bakal bertolak ke Kairo untuk berpartisipasi dalam pertemuan East Mediterranean Gas Forum.

Saat ini sebagian besar gas Israel hanya melayani pasar lokal, termasuk negara tetangga, yakni Mesir dan Yordania. Israel telah meningkatkan pasokannya ke Mesir tahun ini. Kendati demikian, belum jelas berapa banyak yang disuplai dari pabrik pencairan Idku dan Damietta ke Eropa.

Awal bulan ini Perusahaan gas Rusia, Gazprom mengumumkan telah menangguhkan pasokan gasnya ke perusahaan energi asal Denmark, Orsted Salg & Service A/S dan perusahaan Shell Energy Europe. Hal itu karena kedua perusahaan gagal memenuhi syarat pembelian gas dari Gazprom, yakni dengan menggunakan mata uang rubel.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement