REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel telah menyelesaikan investigasi terkait serangan oleh petugasnya terhadap pelayat di pemakaman jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh. Surat kabar Israel Haaretz melaporkan, investigasi itu menemukan bahwa telah terjadi pelanggaran polisi namun tidak menjatuhkan hukuman kepada petugas yang bersangkutan.
Divisi Operasi Polisi menyampaikan kesimpulannya kepada Komisaris Polisi Kobi Shabtai pada Rabu (15/6/2022) malam.
Penyelidikan itu seharusnya untuk mengklarifikasi serangkaian peristiwa serangan polisi terhadap para pelayat. Namun kepala kepolisian menolak untuk merilis temuan laporan tersebut ke publik.
Abu Akleh tewas tertembak oleh pasukan Israel saat meliput serangan di Kota Jenin di Tepi Barat. Abu Akleh tertembak meski telah memakai rompi antipeluru dengan tulisan "Press".
Ribuan orang Palestina menghadiri pemakamannya bulan lalu. Beberapa polisi menyerbu ke arah pelayat dan membubarkan mereka dengan tongkat.
Pasukan Israel menyita bendera Palestina dari pelayat dan menghancurkan jendela mobil jenazah yang membawa jasad Abu Akleh.
Bulan Sabit Merah Yerusalem mengatakan, 33 orang terluka dalam serangan itu dan enam dirawat di rumah sakit. Pihak berwenang Israel mengatakan, enam orang ditangkap setelah pelayat melemparkan batu dan botol kaca.
Uni Eropa terkejut dengan kekerasan di kompleks Rumah Sakit St Joseph. Uni Eropa mengatakan, polisi tidak perlu menggunakan kekuatan berlebihan selama prosesi pemakaman.
Saudara laki-laki Abu Akleh, Anton, sebelumnya membantah klaim Israel bahwa pelayat di pemakaman telah mengambil peti mati tanpa persetujuan keluarga. Anton mengatakan, alasan polisi sangat tidak logis dan tidak benar. Anton menolak kesimpulan penyelidikan polisi atas kerusuhan di pemakaman saudara perempuannya.
“Kami tidak peduli apa yang Israel katakan atau lakukan, semuanya jelas dari foto. Polisi adalah pelakunya. Mereka berusaha menutupi tindakan dan kesalahan mereka," ujar Anton, dilansir Aljazirah, Kamis (16/6/2022).
Haaretz mengatakan, peti mati Abu Akleh pada awalnya dijadwalkan untuk dibawa dengan kendaraan melalui persetujuan polisi. Tetapi jenazah Abu Akleh justru dibawa oleh pengusung jenazah dengan berjalan kaki tanpa izin dari polisi. Sumber polisi mengatakan kepada Haaretz, mereka mendukung perilaku petugas di pemakaman.
“Jelas gambar yang muncul tidak menyenangkan dan bisa saja berbeda, tetapi secara keseluruhan polisi bertindak baik dalam insiden yang kompleks dan penuh kekerasan,” kata seorang perwira senior polisi.
Surat kabar Haaretz mengatakan bahwa, komandan yang mengawasi acara tersebut adalah seorang letnan kolonel. Namun peristiwa sensitif semacam itu biasanya memerlukan pengawasan dari seorang komandan senior.
Serangan terhadap pengusung peti jenazah Abu Akleh di pemakaman, disiarkan langsung ke seluruh dunia. Peristiwa ini menyebabkan kemarahan internasional.