REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Francia Marquez menjadi wakil presiden wanita kulit hitam pertama Kolombia. Hasil pemungutan suara pada Ahad (19/6/2022) menunjukkan bahwa calon presiden dari sayap kiri Gustavo Petro bersama Marquez unggul dengan perolehan 50,4 persen suara.
Dalam pidatonya, Marquez berterima kasih kepada para pendukung dari seluruh Kolombia karena telah membantunya memenangkan pemilihan presiden. Dia mengatakan, setelah 214 tahun akhirnya warga kulit hitam dapat menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan.
"Setelah 214 tahun kami bisa mencapai pemerintahan bagi rakyat, pemerintahan bagi orang-orang (pekerja rendahan) yang tangannya kapalan, dan pemerintahan yang bukan siapa-siapa di Kolombia," kata Marquez.
Marquez berasal dari Kotamadya Suarez, daerah pedesaan di Provinsi Cauca, Kolombia. Sekitar 80 persen penduduk Cauca hidup dalam kemiskinan. Marquez adalah seorang aktivis lingkungan terkenal yang menentang penambangan emas di kota asalnya Suarez. Hal ini membuat Marquez menerima Penghargaan Lingkungan Goldman yang bergengsi pada 2018.
Marquez menerima ancaman pembunuhan dari kelompok bersenjata ilegal, karena menentang penambangan emas. Marquez adalah seorang ibu tunggal dan pernah menjadi asisten rumah tangga sebelum terjun ke politik.
Selain menjabat sebagai wakil presiden, Marquez digadang-gadang untuk memimpin Kementerian Kesetaraan untuk meningkatkan hak-hak perempuan dan membantu orang miskin mengakses kesehatan dan pendidikan. Marquez berada di urutan kedua setelah Petro, dalam pemilihan primer koalisi pada Maret dengan meraih 783 ribu suara. Daniela Cuellar dari FTI Consulting mengatakan kepada Reuters, kebangkitan politik Marquez selama kampanye mengikuti tuntutan luas untuk perubahan dan meningkatnya kekhawatiran tentang topik sosial dan lingkungan.
"Popularitas politik Francia Marquez adalah bagian dari tren di Kolombia, di mana penduduknya mencari perubahan dan di mana masalah sosial-lingkungan menjadi semakin relevan," kata Cuellar.