Selasa 21 Jun 2022 13:12 WIB

Suhu yang Kian Memanas Mengancam Tunawisma AS

Panas yang berlebihan menyebabkan lebih banyak kematian terkait cuaca di AS.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Perkemahan tunawisma tumbuh dalam ukuran di barat pusat kota Jumat, 20 Mei 2022, di Phoenix. Ratusan tunawisma yang meninggal di jalanan setiap tahun karena panas, di kota-kota di sekitar A.S. dan dunia. Jajaran tunawisma membengkak setelah pandemi dan suhu yang dipicu oleh perubahan iklim melonjak.
Foto:

Sedangkan pusat pendinginan musim panas untuk tunawisma, lansia, dan populasi rentan lainnya telah dibuka di beberapa negara Eropa setiap musim panas sejak gelombang panas menewaskan 70 ribu orang di seluruh Eropa pada 2003. Pekerja layanan darurat dengan sepeda berpatroli di jalan-jalan Madrid, Spanyol.

Tim patroli ini membagikan bungkus es dan air di bulan-bulan panas. Namun, sekitar 1.300 orang, kebanyakan dari mereka lanjut usia, terus meninggal di Spanyol setiap musim panas karena komplikasi kesehatan yang diperburuk oleh panas berlebih.

Spanyol dan Prancis selatan pekan lalu dilanda cuaca panas yang luar biasa pada pertengahan Juni. Suhu meningkat mencapai 40 derajat  Celcius di beberapa daerah.

photo
Seseorang duduk di meja di Daley Plaza dalam lingkaran, Senin, 13 Juni 2022, di Chicago. - (Ashlee Rezin/Chicago Sun-Times via AP)

Ilmuwan iklim yang mengepalai kantor baru Phoenix untuk mitigasi panas David Hondula mengatakan, cuaca ekstrem yang sekarang terlihat di seluruh dunia, diperlukan lebih banyak solusi untuk melindungi mereka yang rentan. Perlindungan ini perlu difokuskan terutama terutama kepada tunawisma yang sekitar 200 kali lebih rentan  daripada orang yang memiliki tempat tinggal untuk meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan panas.

"Ketika suhu terus meningkat di seluruh AS dan dunia, kota-kota seperti Seattle, Minneapolis, New York atau Kansas City yang tidak memiliki pengalaman atau infrastruktur untuk menangani panas harus menyesuaikan juga," ujar Hondula.

Ahmedabad, India, berpenduduk 8,4 juta, adalah kota Asia Selatan pertama yang merancang rencana aksi panas pada 2013. Melalui sistem peringatannya, kelompok non-pemerintah menjangkau orang-orang yang rentan dan mengirim pesan teks ke ponsel.

 

Tanker air dikirim ke daerah kumuh, sementara halte bus, kuil, dan perpustakaan menjadi tempat berteduh bagi orang-orang untuk menghindari terik sinar matahari. Tetap saja, tindakan itu tidak bisa menghalangi kematian yang terus menumpuk.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement